Dalam kerangka perubahan sosial, sepertinya ada yang terlepas dari perhatian ilmuwan-ilmuwan sosial, yakni bagaimana musik dapat memberikan dorongan terhadap perubahan sosial. Banyak bukti menunjukkan beberapa jenis musik, seperti R & B, rap, dan rock, memiliki peran yang berpengaruh terhadap perubahan sosial.
Peran itu terutama terlihat pada lirik-lirik lagu yang diciptakan. Lirik-lirik lagu tersebut pada umumnya berisi kritikan, saran, dan bahkan hujatan terhadap hal-hal yang dianggap oleh pelaku musik sebagai fakta yang merugikan harkat hidup orang banyak.
Demikian dikatakan dosen Program Studi Sosiologi FISHUM UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Abdullah Sumrahadi, S.I.P., M.Si., saat melaksanakan ujian terbuka Program Doktor Ilmu Sosiologi UGM, Kamis (4/3). Promovendus mempertahankan disertasi berjudul Menemukan Kritik Sosial dan Kesadaran Kritis dari Musik Rock Indonesia. Bertindak selaku promotor adalah Prof. Dr. Heru Nugroho dan ko-promotor Prof. Dr. Tadjuddin Noer Effendi serta Dr. St. Sunardi.
Abdullah Sumrahadi mengatakan kritik terhadap permasalahan sosial telah banyak dilontarkan berbagai elemen gerakan sosial dan ilmuwan dalam masyarakat. Kritik tersebut biasanya berasal dari pengolahan data dan analisis ilmiah. Menjadi tidak lazim jika kritik atas masalah sosial yang berdimensi ekonomi, politik, dan budaya diolah melalui cita rasa seni, khususnya musik.
“Hal itu seringkali terabaikan. Oleh karena itu, penelitian ini berusaha membangun model kritik yang diserap para musisi saat menanggapi permasalahan sosial melalui sentuhan artistik dan kontemplasi dalam menciptakan lagu bermuatan kritik sosial, di mana aksi atau tindakan sosial diramu menjadi teks sosial dalam wujud lirik lagu,” tutur pria kelahiran Klaten, 18 Agustus 1977 ini.
Dari pengamatan yang dilakukan sepanjang tahun 1990-2008 pada dua group musik, EdanE dan Slank, promovendus merasakan suguhan yang berbeda dari musik pop lainnya. Dalam penilaiannya, kedua grup band tersebut memberikan esensi rock yang jelas pada komposisi atau sajian musikalnya. Esensi kritisisme yang dibawakan bernuansa semangat perlawanan, anti terhadap korupsi, anti terhadap neoliberalisme dan globalisasi. “EdanE dalam album-album terdahulunya membawakan sangat luar biasa semangat anti globalisasi dalam lagu-lagunya,” ujar Abdullah Sumrahadi.
Musisi rock dalam kerja seninya dapat disandingkan dengan yang disebut Gramsci sebagai ‘intelektual organik’. Bagi musisi, peran intelektual tidak cukup hanya diapresiasikan melalui karya akademik saja. Namun, ia memiliki peran lebih, yaitu bagi pemberdayaan masyarakat yang merupakan kewajiban mutlak melalui karya-karya musikal yang dihasilkan.
Sementara itu, dalam studi civil society, para aktor kebudayaan, termasuk seniman, meskipun belum benar-benar diakui dalam struktur gerakan sosial, komponen-komponen itu sering disebut intelektual organik. “Karenanya, berbagai gerakan perlawanan terhadap keberadaan negara yang eksploitatif mereka lakukan melalui karya lagu,” terangnya. Suami Dewi Nur Maryani dan ayah Arkana Danendra ini dinyatakan lulus dengan predikat sangat memuaskan. (Humas UGM/ Agung)