Penelitian mahasiswa UGM berhasil mengungkap miskonsepsi publik kepada masyarakat yang tinggal di bantaran Kali Ciliwung, Jakarta. Selama ini, masyarakat bantaran Kali Ciliwung kerap diterpa stigma negatif slum dwellers. Masyarakat yang tinggal disana kemudian terkesan tidak berdaya, hanya bergantung pada kota, dan bahkan terstigmatisasi jahat dan bodoh. Namun, hasil penelitian yang dilakukan oleh sekelompok mahasiswa dari Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM mengatakan kenyataan sebaliknya.
Sekelompok mahasiswa FIB UGM tersebut terdiri dari Muhammad Affan Asyraf, Zahra Auliani Fauziatunnisa, dan Tabitha Raviola Bunga Inezwara. Diketahui, penelitian mereka berhasil meraih pendanaan dalam Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) bidang Riset Sosial Humaniora tahun 2021 ini.
Penelitian mereka mengambil studi kasus masyarakat Kampung Bidara Cina, Jatinegara, DKI Jakarta. Dengan menggunakan metode penelitian etnografi, mereka melibatkan 13 informan yang terdiri atas golongan tua dan golongan muda disana.
Tabitha dkk. menemukan bahwa masyarakat bantaran Kali Ciliwung sebetulnya memiliki potensi, bukan tidak berdaya dan berketergantungan. Mereka memiliki kapabilitas. Mereka mempunyai nilai dan norma yang dianut melalui pengalaman historis dan proses pembelajaran dari lingkungan mereka sendiri sehingga mempunyai rasionalisasi. Rasionalisasi tersebut kemudian dapat berwujud dalam bentuk aspirasi.
Kemudian, masyarakat bantaran Kali Ciliwung pun ditemukan juga mempunyai kemampuan adaptasi untuk menghadapi permasalahan di lingkungan fisik dan sosial. Tabitha dkk. menemukan bahwa kemampuan adaptasi ini merupakan potensi besar bagi masyarakat untuk menjaga kesinambungan dan bahkan memperbaiki kondisi hidup.
Kemampuan masyarakat atau potensi yang dapat membantah stigma-stigma negatif slum dwellers tersebut selama ini tidak mencuat ke publik. Tabitha dkk. mensinyalir hal tersebut disebabkan karena kondisi kapital dan politik yang lemah.
“Namun kondisi lemahnya kapital dan kekuatan politik menjadi alasan mengapa potensi ini tidak dapat serta merta terlihat, dan terkesan seperti hanya menjadi pengetahuan tanpa implikasi,” ungkap Zahra, salah satu mahasiswa.
Selama ini, karena adanya miskonsepsi, masyarakat bantaran Kali Ciliwung kerap dijadikan kambing hitam atas bencana banjir yang melanda di DKI Jakarta. Tabitha dkk. mengungkapkan bahwa ketika terjadi wacana penggusuran, masyarakat di bantaran Kali Ciliwung kerap mengalami tindakan represif dari aparat pemerintah.
Penulis: Aji