Mahasiswa dari Universitas Gadjah Mada yang terdiri dari I Putu Gede Eka Praptika (Pariwisata 2019), Amanda Natasanti (Psikologi 2019), Della Ade Saputri (Antropologi Budaya 2018), Muhammad Ibnu Azzulfa (Sosiologi 2018), dan Brigita Talentiana Mahen (Pariwisata 2019) dengan dosen pembimbing Fahmi Prihantoro, S.S. M.A. melakukan riset untuk menelusuri lebih lanjut terkait ketahanan budaya Baduy melalui penggunaan istilah Saba Budaya Baduy.
Istilah Saba Budaya Baduy merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh Suku Baduy untuk meminimalkan ampak negatif eksplorasi pariwisata terhadap budaya dan lingkungan seperti pencemaran sampah plastik, ketidakpatuhan pengunjung terhadap aturan adat, dan Suku Baduy yang kerap dianggap hanya sebagai tontonan.
“Adanya prakarsa pergantian istilah tersebut menjadi awal mula ketertarikan dan komitmen kami untuk menelaah lebih lanjut terkait nilai dan ciri khas Saba Budaya Baduy. Selain itu, kami juga mengkaji potensi implementasi nomenklatur Saba Budaya Baduy sebagai tuntunan dalam melestarikan budaya tanpa meniadakan pariwisata.” ujar Ketua Tim I, Putu Gede Eka Praptika, Jumat (20/8)
Berdasarkan penelitian, istilah Saba Budaya dinilai tepat sebagai acuan kegiatan kunjungan ke Baduy yang merepresentasikan identitas kultur masyarakat adat Baduy. Saba berarti ‘silaturahmi’ yang berasal dari bahasa yang digunakan oleh masyarakat adat Baduy. Penggunaan kata budaya juga menegaskan bahwa dasar dalam melakukan kunjungan ke Baduy adalah kultur dan adat istiadat Suku Baduy.
“Berbeda dengan konsep wisata yang identik dengan pelayanan oleh pengelola destinasi kepada wisatawan, nomenklatur Saba Budaya Baduy mengandung nilai kekeluargaan, kesopanan, dan ketertiban. Hal ini mencerminkan asas kesetaraan dan sikap kekeluargaan masyarakat adat Baduy yang menyambut masyarakat luar dengan kultur Baduy sebagai landasannya,” ungkapnya.
Saba Budaya Baduy sangat potensial menjadi acuan untuk mempertahankan kultur Baduy tanpa meniadakan pariwisata. Sebagai upaya mencapai tujuan dari terciptanya Saba Budaya Baduy diperlukan perbaikan perihal aturan dan tata cara kunjungan masyarakat luar Baduy ke wilayah Suku Baduy.
“Harapannya, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada publik tentang pentingnya Saba Budaya Baduy. Secara bertahap diharapkan motivasi masyarakat yang datang ke Baduy tidak lagi didasari rasa ingin ‘berwisata’ atau sekedar ‘liburan untuk bersenang-senang’. Akan tetapi dapat menumbuhkan rasa memiliki untuk menjaga dan memahami keluhuran kultur Suku Baduy.,” tutur Eka.
Penulis: Khansa