Saat ini industri pariwisata internasional didominasi oleh transnational corporations. Tantangan yang dihadapi oleh industri pariwisata Indonesia yaitu terbatasnya skill, akses pasar, dan modal bagi masyarakat untuk meningkatkan potensi pariwisata di sekitarnya.
“Sama halnya dengan konsep pengembangan, tourism development kerap kali timbul akibat adanya obsesi pertumbuhan yang tidak terbatas sehingga menimbulkan efek negatif dan di ujung yang lain akan dihadapkan oleh keterbatasan,” ungkap Drs. Hendrie Adji Kusworo, M.Sc., Ph.D. dalam Webinar KKN UGM Ammatoa Bercerita pada Minggu (15/8).
Ia juga mengungkapkan pengembangan pariwisata di Indonesia mendekati dimensi ekonomi dan menjauhi dimensi lingkungan dan sosial sehingga diperlukan adanya intervensi terhadap sosial, budaya, dan ekonomi untuk menyeimbangkan lagi perkembangan pariwisata .
Dalam pembangunan pariwisata perlu memperhatikan 4 upaya berikut, yaitu upaya memenuhi kebutuhan manusia, peningkatan mutu kehidupan, peningkatan sumber daya manusia dan alam, serta upaya untuk mempertemukan kebutuhan manusia antar generasi dan wilayah.
“Bagaimana kita mendapatkan solusi sehingga kita tetap berwisata dalam konteks bukan hanya pariwisata sebagai cara untuk melengkapkan kemanusian kita tetapi juga mendapatkan keuntungan ekonomi dalam posisi sebagai penyedia produk dan tetap bisa melestarikan apapun yang menjadi daya tarik,” jelas Hendrie saat menjelaskan tantangan pengembangan pariwisata.
Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik ini menjelaskan UGM melalui program KKN mahasiswa menjadikan voluntourism salah satu upaya untuk memberdayakan pariwisata setempat dengan tetap melestarikan lingkungan. Berdasarkan survei, 34% dari 200-300 judul program kerja KKN UGM membahas mengenai pariwisata.
“Ini menunjukkan bahwa minat generasi muda dalam pariwisata cukup tinggi,” tambahnya.
Hendrie mengungkapkan dalam praktiknya untuk mewujudkan pengembangan pariwisata harus mencakup 2 kombinasi yaitu dari faktor internal dan eksternal. Dari keterbukaan internal masyarakat sendiri akan memudahkan mahasiswa sebagai pihak eksternal membantu mengangkat keunggulan daya tarik yang dimiliki. Adanya dinamika ini akan mewujudkan program pengembangan pariwisata yang berhasil dan ultimate.
“Sering kali masyarakat tidak menyadari potensi daya tarik yang dimiliki karena daya tarik tersebut sudah menjadi hal sehari hari padahal ketika daya tarik tersebut dikenalkan ke masyarakat luas akan menjadi sesuatu yang luar bisa menarik. Sehingga pihak eksternal dalam hal ini mahasiswa diharapkan dapat mengidentifikasi bagian mana saja dari masyarakat yang dapat menjadi potensi daya tarik pariwisata,” tutur Hendrie.
Selengkapnya disini.
Penulis: Khansa