Lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) merupakan komoditas perikanan budi daya yang akhir-akhir ini marak dibudidayakan. Lobster ini memiliki permintaan pasar yang relatif tinggi, namun masih sedikit yang membudidayakannya. Tekstur dari dagingnya yang lembut dan empuk serta rasanya yang manis seperti udang membuat budi daya lobster ini memiliki peluang yang tinggi untuk dikembangkan dan cocok diolah menjadi berbagai jenis masakan.
Kondisi tersebut mendorong lima mahasiswa UGM untuk mengembangkan budi daya lobster air tawar. Mereka adalah Muhammad Rizky Azidtya (SV), Arsita Budi Rizqi (SV), Cindika Wanda Oktaviani (SV), Naufal Mu’afi (Teknik), dan Dito Zhafran Amarrafi (Pertanian) yang berhasil membudidayakan lobster air tawar di Kalurahan Jetis, Kapanewon Saptosari, Kabupaten Gunungkidul dengan bimbingan Saiqa Ilham Akbar BS, S.E., M.Sc.
Program budi daya lobster air tawar ini juga diajukan dalam kompetisi Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2021 yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Program mengangkat judul, Gerakan Budi Daya Lobster Air Tawar di Desa Jetis, Gunungkidul Guna Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat dan Potensi Wirausaha Sosial.
Azid mengungkapkan program yang mereka buat bertujuan untuk membantu mengembangkan potensi masyarakat Kalurahan Jetis, Saptosari, Gunungkidul untuk membuka usaha mandiri. Mereka ingin masyarakat bisa memanfaatkan potensi wisata yang ada di sepanjang pantai Gunungkidul yang selama ini kurang dilirik yaitu usaha kuliner.
Program kami yaitu Capit Berdaya memiliki lima turunan program yaitu Capit Bisa, Capit Cemerlang, Capit Sejahtera, Capit ELok, dan Capit Pantas yang pada intinya meningkatkan kemampuan masyarakat untuk budidaya lobster air tawar secara mandiri, memahami konsep pengelolaan keuangan, pemasaran, dan pengolahan dari lobster air tawar, serta turut menjaga lingkungan dengan menerapkan Reduce, Reuse, dan Recycle,” jelas Azid Kamis (26/8).
Azid menjelaskan budi daya lobster air tawar diharapkan dapat menjadi lapangan kerja baru bagi masyarakat Kalurahan Jetis, Gunungkidul. Sebelumnya, banyak masyarakat yang tidak bekerja sehingga tidak punya penghasilan sama sekali. Masyarakat juga memiliki keterbatasan informasi dan pengetahuan mengenai budi daya lobster air tawar. Potensi wisata yang terus berkembang juga meningkatkan permintaan lobster air tawar untuk memenuhi kebutuhan kuliner wisatawan.
Melalui program ini, masyarakat dapat memperoleh informasi mengenai pembudidayaan lobster air tawar, cara pengolahan menjadi berbagai jenis kuliner, dan pengemasannya,” terangnya.
Tak hanya itu, masyarakat juga dibimbing untuk memahami pengelolaan keuangan dan cara pemasaran dari produk berbahan lobster air tawar. Masyarakat juga dipersiapkan untuk menciptakan dan mengembangkan UMKM dengan produk berbahan dasar lobster air tawar.
Azid mengatakan budi daya lobster air tawar mempunyai prospek yang sangat tinggi karena lobster air tawar merupakan komoditas yang masih jarang dibudidayakan serta cara pembudidayaannya yang relatif mudah bagi pemula sekalipun. Lobster air tawar dapat dipanen dengan berbagai macam ukuran untuk memenuhi kebutuhan pasar dengan harga yang berkisar antara Rp150.000,00 – Rp250.000,00 per kilogramnya. Sementara itu, untuk lobster hasil budi daya akan dijual baik masih hidup maupun olahan sesuai permintaan konsumen.
Nantinya lobster hasil budi daya akan dipasarkan ke restoran-restoran di sepanjang pantai Gunungkidul dan membuka banyak lapangan usaha baru bagi masyarakat sekitar. Harapannya lobster air tawar dapat membawa Kalurahan Jetis maupun Kabupaten Gunungkidul untuk memiliki identitas kuliner baru yaitu Lobster Air Tawar sebagai andalan di bidang wisata kuliner.
Penulis: Ika