• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Antisipasi Harga Cabe Anjlok, Petani Butuhkan Pendampingan Intensif

Antisipasi Harga Cabe Anjlok, Petani Butuhkan Pendampingan Intensif

  • 01 September 2021, 06:52 WIB
  • Oleh: Agung
  • 13538
Berharap Pendampingan intensif Untuk Petani

Anjloknya harga cabe akhir-akhir ini membuat petani merugi. Tingginya produksi di bulan Agustus ini tidak diikuti serapan yang optimal di pasaran. Bahkan, harga cabe merah keriting di tingkat petani di Kulon Progo, DIY berkisar harga 2.500 rupiah – 3.000 rupiah per kilo.

Dr. Ir. Taryono, M.Sc, dosen Fakultas Pertanian UGM, mengatakan petani konvensional sudah biasa mengalami kerugian. Apalagi di masa pandemi saat ini saat permintaan mengalami penurunan sangat drastis.

“Biasanya cabe dari Jogja atau di Jawa ini kan juga untuk mengisi kebutuhan pasokan di luar Jawa. Kalau di kota-kota di Jawa bisa dilakukan dengan truk, sementara  karena bahan mudah rusak pengiriman keluar Jawa pasti menggunakan pesawat, inilah yang kemudian di daerah-daerah produsen juga mengalami gangguan," katanya, di Faperta UGM, Selasa (31/8).

Anjoknya harga cabe ini, kata Taryono, dimungkinkan karena kelebihan produksi, sementara permintaan dan sistem transportasi yang tidak lancar.  Sedangkan sektor pariwisata yang selama ini mendukung serapan produksi dari petani kondisinya juga lagi lesu, padahal sektor ini sebagai sumber permintaan tinggi untuk cabe.

“Praktis kalau pariwisata tidak jalan, begitu pula dengan hotel-hotel. Kalau petani berproduksi tapi sektor lain belum jalan kan sama saja," ucapnya.

Ia mengungkapkan sebenarnya yang terjadi saat ini adalah hal klasik pada komoditas holtikultura yang dilakukan para petani konvensional. Tanpa pengawasan, mereka melakukan penanaman hanya mengikuti petani sekitarnya.

Didukung iklim tahun ini yang dinilai sebagai iklim yang baik. Dengan kondisi iklim kemarau basah tentu sangat cocok untuk tanaman cabe, tomat dan lain-lain.

“Kebetulan tahun baik tho ini, iklimnya kemarau basah makanya untuk semacam cabe tomat baik sekali, sehingga ada kemungkinannya over suply," jelasnya.

Meski mengalami harga yang tidak ideal, Taryono sebenarnya berharap para petani tidak perlu reaktif dan atraktif menyikapi situasi pasar. Menurutnya, tetap ada solusi untuk mengatasi harga cabe yang anjlok cukup tajam saat ini.

Berbeda dengan tomat, para petani sebenarnya bisa melakukan pengeringan cabe sehingga cabe rawit, cabe keriting bisa dikeringkan setelah itu dijual karena kebutuhan cabe kering oleh industri sangat tinggi bahkan sempat impor.

Sayangnya, para petani terlanjur terbiasa jual produk segar sehingga untuk cabe kering ini kadang kurang memenuhi standar nasional indonesia (SNI). Memang idealnya ada industri yang mau menampung produk cabe segar dan semi kering dari petani.

“Jadi, seperti kakao, berapapun persen kandungan air yang ada tetap diterima oleh pengepul nanti langsung dikeringkan, kemudian diproses lalu bisa disimpan. Bahkan, inipun bisa untuk ekspor juga," paparnya.

Selain itu, katanya, perlu memfungsikan secara optimal lembaga-lembaga penyangga yang bisa membantu petani pasca panen. Seperti yang dilakukan Direktorat Jenderal Holtikultura dengan bertindak sebagai lembaga penyangga yang kemudian menjual produk cabe ke lain daerah yang membutuhkan. Sayangnya, petani lagi-lagi tidak memiliki informasi soal ini, daerah-daerah mana yang memerlukan dan daerah-daerah mana yang memproduksi.

“Mestinya mereka juga tidak usah terlalu reaktif. Meski kecewa dan menilai pemerintah tidak  bisa menjaga, padahal kan kalau pas harga lagi baik mereka sebenarnya diam-diam saja," terangnya.

Taryono berharap pemerintah mau melakukan pengawasan dan pendampingan lebih intensif untuk petani. Karena penjadwalan waktu tanam dan sebagainya saat ini dinilai pengawasan dari pemerintah kalah dengan para penjual benih. Para pemasok benih dinilai lebih intensif melakukan pendampingan sehingga kemudian tidak ada pengaturan.

Petani itu idealnya memang harus ada yang mendampingi, baik dalam teknologi budi daya, pasca panen hingga pemasaran. Diakui memang ada petugas dari pemerintah tapi jumlahnya tidak banyak dan yang paling banyak mendampingi justru dari perusahaan benih.

“Target-target perusahaan benih itu kan sampai produksi, soal harga mereka kan tidak tahu, yang penting bagi mereka tanamannya bagus, menghasilkan dan setelah itu harganya berapa mereka tidak mau tahu. Karena bukan tugas mereka, mereka hanya tawarkan benih yang bermutu tinggi. Namanya juga orang jualan kan mesti promosi, selama pengawasan tidak ketat padahal cabe itu kan masuk ditarget pemerintah untuk swasembada. Kalau kemudian swasembada tapi petani tidak sejahtera ya mau ngopo,"pungkasnya.

Penulis : Agung Nugroho
Foto : InfoPublik

Berita Terkait

  • UGM Bantu Petani Tetap Panen Meski Musim Kemarau

    Tuesday,29 October 2019 - 15:38
  • SEMINAR MENGATASI RAWAN PANGAN

    Friday,17 February 2006 - 15:05
  • Prof. Catur Sugiyanto: Pemberian Jaminan Harga Beras Dorong Petani Adopsi Pupuk Organik

    Tuesday,01 March 2011 - 14:03
  • Fadel Muhammad: Indonesia Mampu Mencukupi Kebutuhan Garam Dalam Negeri

    Monday,26 September 2011 - 12:56
  • Dosen UGM Raih Adhikarya Pangan Nusantara 2014

    Wednesday,07 January 2015 - 14:49

Rilis Berita

  • UGM Terlibat Aktif Dalam Percepatan Penurunan Stunting di Jawa Tengah 03 February 2023
    Stunting masih menjadi persoalan kesehatan di Indonesia. Data Asian Development Bank mencatat ang
    Ika
  • Pimpinan UGM Tandatangani Komitmen Bersama Implementasi Manajemen Risiko 03 February 2023
    Penandatanganan Komitmen Bersama dilakukan oleh Majelis Wali Amanat, Rektor, Sena
    Gloria
  • Forgamas Dekatkan UGM Kepada Siswa Kelas XII di Banyumas 03 February 2023
    Forum Mahasiswa Gadjah Mada Banyumas (Formagamas) merupakan perkumpulan mahasiswa UGM se-Kabupate
    Agung
  • Fakultas Geografi UGM Dampingi Penyusunan Rencana Strategis Kabupaten Sukamara Kalteng 02 February 2023
    Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) menye
    Humas UGM
  • Pakar UGM: Lansia dan Warga Miskin DIY Perlu Mendapat Pemberdayaan dan Pendampingan Sosial 02 February 2023
    Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X, berencana memberikan ban
    Gusti

Agenda

  • 07Feb Dies Natalis Fakultas Hukum UGM...
  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual