• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Guyub
  • Kabar UGM
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Antisipasi Harga Cabe Anjlok, Petani Butuhkan Pendampingan Intensif

Antisipasi Harga Cabe Anjlok, Petani Butuhkan Pendampingan Intensif

  • 01 September 2021, 06:52 WIB
  • Oleh: Agung
  • 11170
  • PDF Version
Berharap Pendampingan intensif Untuk Petani

Anjloknya harga cabe akhir-akhir ini membuat petani merugi. Tingginya produksi di bulan Agustus ini tidak diikuti serapan yang optimal di pasaran. Bahkan, harga cabe merah keriting di tingkat petani di Kulon Progo, DIY berkisar harga 2.500 rupiah – 3.000 rupiah per kilo.

Dr. Ir. Taryono, M.Sc, dosen Fakultas Pertanian UGM, mengatakan petani konvensional sudah biasa mengalami kerugian. Apalagi di masa pandemi saat ini saat permintaan mengalami penurunan sangat drastis.

“Biasanya cabe dari Jogja atau di Jawa ini kan juga untuk mengisi kebutuhan pasokan di luar Jawa. Kalau di kota-kota di Jawa bisa dilakukan dengan truk, sementara  karena bahan mudah rusak pengiriman keluar Jawa pasti menggunakan pesawat, inilah yang kemudian di daerah-daerah produsen juga mengalami gangguan," katanya, di Faperta UGM, Selasa (31/8).

Anjoknya harga cabe ini, kata Taryono, dimungkinkan karena kelebihan produksi, sementara permintaan dan sistem transportasi yang tidak lancar.  Sedangkan sektor pariwisata yang selama ini mendukung serapan produksi dari petani kondisinya juga lagi lesu, padahal sektor ini sebagai sumber permintaan tinggi untuk cabe.

“Praktis kalau pariwisata tidak jalan, begitu pula dengan hotel-hotel. Kalau petani berproduksi tapi sektor lain belum jalan kan sama saja," ucapnya.

Ia mengungkapkan sebenarnya yang terjadi saat ini adalah hal klasik pada komoditas holtikultura yang dilakukan para petani konvensional. Tanpa pengawasan, mereka melakukan penanaman hanya mengikuti petani sekitarnya.

Didukung iklim tahun ini yang dinilai sebagai iklim yang baik. Dengan kondisi iklim kemarau basah tentu sangat cocok untuk tanaman cabe, tomat dan lain-lain.

“Kebetulan tahun baik tho ini, iklimnya kemarau basah makanya untuk semacam cabe tomat baik sekali, sehingga ada kemungkinannya over suply," jelasnya.

Meski mengalami harga yang tidak ideal, Taryono sebenarnya berharap para petani tidak perlu reaktif dan atraktif menyikapi situasi pasar. Menurutnya, tetap ada solusi untuk mengatasi harga cabe yang anjlok cukup tajam saat ini.

Berbeda dengan tomat, para petani sebenarnya bisa melakukan pengeringan cabe sehingga cabe rawit, cabe keriting bisa dikeringkan setelah itu dijual karena kebutuhan cabe kering oleh industri sangat tinggi bahkan sempat impor.

Sayangnya, para petani terlanjur terbiasa jual produk segar sehingga untuk cabe kering ini kadang kurang memenuhi standar nasional indonesia (SNI). Memang idealnya ada industri yang mau menampung produk cabe segar dan semi kering dari petani.

“Jadi, seperti kakao, berapapun persen kandungan air yang ada tetap diterima oleh pengepul nanti langsung dikeringkan, kemudian diproses lalu bisa disimpan. Bahkan, inipun bisa untuk ekspor juga," paparnya.

Selain itu, katanya, perlu memfungsikan secara optimal lembaga-lembaga penyangga yang bisa membantu petani pasca panen. Seperti yang dilakukan Direktorat Jenderal Holtikultura dengan bertindak sebagai lembaga penyangga yang kemudian menjual produk cabe ke lain daerah yang membutuhkan. Sayangnya, petani lagi-lagi tidak memiliki informasi soal ini, daerah-daerah mana yang memerlukan dan daerah-daerah mana yang memproduksi.

“Mestinya mereka juga tidak usah terlalu reaktif. Meski kecewa dan menilai pemerintah tidak  bisa menjaga, padahal kan kalau pas harga lagi baik mereka sebenarnya diam-diam saja," terangnya.

Taryono berharap pemerintah mau melakukan pengawasan dan pendampingan lebih intensif untuk petani. Karena penjadwalan waktu tanam dan sebagainya saat ini dinilai pengawasan dari pemerintah kalah dengan para penjual benih. Para pemasok benih dinilai lebih intensif melakukan pendampingan sehingga kemudian tidak ada pengaturan.

Petani itu idealnya memang harus ada yang mendampingi, baik dalam teknologi budi daya, pasca panen hingga pemasaran. Diakui memang ada petugas dari pemerintah tapi jumlahnya tidak banyak dan yang paling banyak mendampingi justru dari perusahaan benih.

“Target-target perusahaan benih itu kan sampai produksi, soal harga mereka kan tidak tahu, yang penting bagi mereka tanamannya bagus, menghasilkan dan setelah itu harganya berapa mereka tidak mau tahu. Karena bukan tugas mereka, mereka hanya tawarkan benih yang bermutu tinggi. Namanya juga orang jualan kan mesti promosi, selama pengawasan tidak ketat padahal cabe itu kan masuk ditarget pemerintah untuk swasembada. Kalau kemudian swasembada tapi petani tidak sejahtera ya mau ngopo,"pungkasnya.

Penulis : Agung Nugroho
Foto : InfoPublik

Berita Terkait

  • UGM Bantu Petani Tetap Panen Meski Musim Kemarau

    Tuesday,29 October 2019 - 15:38
  • SEMINAR MENGATASI RAWAN PANGAN

    Friday,17 February 2006 - 15:05
  • Prof. Catur Sugiyanto: Pemberian Jaminan Harga Beras Dorong Petani Adopsi Pupuk Organik

    Tuesday,01 March 2011 - 14:03
  • Fadel Muhammad: Indonesia Mampu Mencukupi Kebutuhan Garam Dalam Negeri

    Monday,26 September 2011 - 12:56
  • Dosen UGM Raih Adhikarya Pangan Nusantara 2014

    Wednesday,07 January 2015 - 14:49

Rilis Berita

  • Pakar UGM Bicara Soal Banjir Rob Semarang 24 May 2022
    Peristiwa banjir rob besar terjadi di kawasan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang setelah penahan air
    Agung
  • FMIPA UGM dan Pertamina Hulu Energi Buat Alat Untuk Meningkatkan Cadangan Produksi Minyak dan Gas Bumi 24 May 2022
    Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UGM melakukan serah terima kontrak kerja sa
    Gusti
  • UGM dan Bank OCBC NISP Teken Kerja Sama Pemanfaatan Layanan Perbankan Syariah 24 May 2022
    Universitas Gadjah Mada dan PT Bank OCBC NISP Tbk. menginisiasi kerja sama pemanfaatan layanan ja
    Gloria
  • Kalla Group Sapa Mahasiswa UGM 23 May 2022
    Perusahaan nasional Kalla Group menyapa mahasiswa UGM. Dalam kegiatan bertajuk Kalla Goes to Camp
    Agung
  • Revitalisasi Sistem Ekonomi Pancasila 23 May 2022
    Indonesia memiliki budaya dan keunikan yang sangat beragam. Kekhasan keberagaman Indonesia juga t
    Satria

Info

  • Streaming Studium Generale MKWU Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada
    05 November 2019
  • Streaming Wisuda Diploma dan Sarjana UGM Periode Agustus 2019
    21 August 2019
  • Video Streaming Penutupan PPSMB 2019 Universitas Gadjah Mada
    09 August 2019
  • Streaming Sosialisasi Penelitian Desentralisasi, Kompetitif Nasional, dan Penugasan Tahun 2020
    01 August 2019
  • Streaming wisuda Pascasarjana UGM Periode Juli 2019
    24 July 2019

Agenda

  • 30May International Academic Conference on Tourism (INTACT) 2022 ...
  • 21Jul The International Conference on Sustainable Environment, Agriculture, and Tourism (ICOSEAT)...
  • 07Sep The 8th International Conference on Science and Technology (ICST 2022)...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2022 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual