Bertepatan peringat Dies Natalis ke-58, Fakultas Geografi UGM melakukan ground breaking pembangunan Pyramid Photogrammetric Glass Museum Peta. Peletakan batu pertama pembangunan Museum Peta Fakultas Geografi dilakukan oleh Dekan, Dr. Andri Kurniawan, S.Si., M.Si, diikuti Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakshmi Pratiwi, SS., M.A, Ketua Barahmus DIY, Ki R. Bambang Widodo, S.Pd., M.Pd, Muhammad Sulaiman, S.T., M.T., D.Eng., Direktur Renbang UGM, Pengelola Museum Peta, Drs. Zuharnen., MS., dan Prof. Dr. Suratman, M.Sc selaku inisiator pembangunan museum.
Andri Kurniawan mengatakan dilakukannya pembangunan Museum Peta di Fakultas Geografi UGM mengingat setiap sivitas akademika tidak bisa lepas dari peta. Peta adalah alat analisis utama terkait aspek ruangan bagi Fakultas Geografi UGM.
“Sehingga yang namanya peta itu selalu kita produksi dan kita proses. Kebetulan hari ini peringatan Dies ke-58 Fakultas Geografi,” katanya, di halaman Fakultas Geografi UGM, Rabu (1/9).
Ia menuturkan Fakultas Geografi UGM berdiri pada tahun 1963 dan sebelumnya di tahun 1950-an bernama Departemen Ilmu Bumi. Semenjak dari Departemen Ilmu Bumi hingga menjadi Fakultas Geografi UGM maka peta selalu dibuat oleh para mahasiswa dan dosen hingga saat ini.
Jika dihitung maka jumlah peta yang ada sangat banyak sekali, belum lagi peta-peta di zaman Belanda yang dipergunakan untuk analisis. Menjadikan koleksi yang dimiliki cukup banyak, termasuk peta-peta ketika Gunung Krakatau dan Rinjani meletus dan lain-lain.
“Kita lakukan penelitian dan mencoba mengumpulkan peta zaman dulu. Sehingga saya kira hal yang wajib bagi kami untuk terus pelajari kemudian kembangkan, dan kita sudah cukup lama menyadari bila keberadaan Museum Peta di fakultas ini perlu sekali,” ucapnya.
Ia mengakui inisiasi Museum Peta Fakultas Geografi datang dari Prof. Dr. Suratman, M.Sc, Drs. Zuharnen, MS dan Dr. Nurhadi di tahun 2008. Melalui peran mereka, Museum Peta sudah terwujud di gedung lama tetapi karena pembangunan gedung-gedung baru menjadikan keberadaan museum terpencar-pencar.
“Prof. Suratman mengingatkan pada kita-kita perlu kiranya mengumpulkan kembali koleksi peta-peta itu untuk dikumpulkan di sebuah museum. Tidak hanya peta tapi juga alat reproduksi peta dari yang sederhana hingga yang kompleks,” terangnya.
Zuharnen selaku pengelola menambahkan dibangunnya Museum Peta di Fakultas Geografi UGM bermanfaat untuk pemahaman terhadap peta yang mengalami perkembangan sangat pesat. Terlebih Fakultas Geografi UGM memiliki banyak sekali peta yang sementara ini teronggok dan perlu perhatian lebih.
“Mudah-mudahan ini sebagai kebangkitan yang sesungguhnya dari Museum Peta yang dulunya wujudnya masih embrio,” ujarnya.
Embrio Museum Peta Fakultas Geografi UGM, menurutnya, berada pada Laboratorium Reproduksi Peta Jurusan Kartografi & Penginderaan Jauh. Keberadaan museum ini lama vakum karena adanya pembangunan gedung-gedung baru di Fakultas Geografi UGM, bahkan Barahmus DIY mencatat Museum Peta sempat vakum 5 tahun dari segala kegiatan.
“Karenanya setelah diminta dan saya menyanggupi mengelola, saya mencoba pelajari museum pada umumnya dan Museum Peta pada khususnya. Saya pelajari koleksi alat, produk hasil kerja, penelitian dan sebagainya, dan ternyata lumayan banyak dan hari ini kebetulan Fakultas Geografi UGM berusia 58 tahun,” paparnya.
Dian Lakhsmi menyambut baik pembangunan Museum Peta di Fakultas Geografi UGM. Diharapkan keberadaan Museum Peta nantinya menambah jumlah museum yang ada di Yogyakarta.
“Saya berharap museum ini bisa bermanfaat untuk pendidikan dan pembelajaran khususnya soal peta yang bagi kami masih awam bagaimana proses pembuatan, penyusunan dan soal-soal perkembangan peta yang updatenya cukup tinggi dari waktu ke waktu,” katanya.
Menurutnya, keberadaan Museum Peta Fakultas Geografi UGM akan semakin menguatkan Keistimewaan DIY. Dengan pembangunan hingga berdirinya nanti, Museum Peta tentu akan menambah khazanah dalam menimba ilmu pengetahuan dan bisa dimanfaatkan untuk bisa mengamati perkembangan peta yang ada di DIY.
Penulis : Agung Nugroho