Tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Wansaplas UGM melakukan pemberdayaan waria di Pondok Pesantren Waria Al-Fatah Yogyakarta dalam pembuatan wayang hasil daur ulang sampah plastik berbasis QR code sebagai media pembelajaran.
Mereka adalah Leony Vita Artanti (FTP), Muhammad Najmi Mumbada (FTP), Roykhana Purwita (FTP), dan Al-Viyah Rahmaidah (FMIPA) dengan dibimbing oleh dosen pendamping Dra. Eko Tri Sulistyani, M.Sc. Program pemberdayaan ini ditujukan untuk memberikan keterampilan kepada waria di pondok pesantren yang berada di dusun Calenan, RT 9/RW 2, Jagalan, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta. Melalui program tersebut diharapkan mereka dapat meningkatkan kreativitas untuk menciptakan lapangan pekerjaan secara mandiri.
“Dalam kehidupan sehari-hari, waria sering mendapatkan diskriminasi akibat status sosial yang dimiliki sehingga menyebabkan mereka kesulitan mendapatkan lapangan pekerjaan yang wajar. Di sisi lain, program ini juga bertujuan untuk mengatasi permasalahan sampah plastik yang cukup banyak di lingkungan,” papar Leony dalam rilis yang diterima Kamis (2/9).
Leony menjelaskan ide pembuatan media pembelajaran berupa wayang yang terbuat dari sampah kantong plastik dengan basis QR code ini nantinya akan diwujudkan melalui sebuah program yang diterapkan sebagai kegiatan wirausaha bagi masyarakat mitra. Media pembelajaran berupa wayang dipilih karena bersifat interaktif dan dapat melatih kemampuan public speaking.
“Wayang tersebut akan dikemas dan dilengkapi dengan QR code yang merupakan tautan untuk membuka referensi cerita yang dapat dimainkan dengan menggunakan wayang sampah plastik,” terangnya.
Pengemasan dengan cara tersebut digagas sebagai upaya menyesuaikan perkembangan zaman di era serba digital. Selain itu, juga untuk memberikan kemudahan konsumen dalam mengakses dan menyimpan referensi cerita secara praktis. Nantinya, produk tersebut akan dipasarkan melalui media sosial dan market place.
Untuk membantu proses pemberdayaan tersebut tercapai, tim PKM-PM Wansaplas UGM memberikan pelatihan secara daring dan luring kepada mitra. Pelatihan dilakukan mulai dari tahap persiapan, tahap produksi, hingga tahap pemasaran. Pelatihan secara daring dilakukan melalui zoom dengan menggunakan media pelatihan yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Sedangkan pelatihan secara luring dilakukan secara langsung di Pondok Pesantren Waria Al-Fatah dengan menerapkan protokol kesehatan yang sangat ketat.
Dosen pendamping tim PKM, Eko, menyebutkan program pemberdayaan waria ini dapat menggali ide-ide kreatif para waria dan jika pelatihan ini ditekuni akan berpotensi menjadi peluang usaha yang menarik. Di sisi lain, waria juga berpotensi untuk menjadi pendongeng pada acara tertentu.
Ketua Pondok Pesantren Waria Al-Fatah Yogyakarta, Sinta Ratri, mengapresiasi gagasan yang dikembangkan tim PKM Wansaplas UGM. Program yang dibuat dapat merangkul para waria yang jarang mendapat perhatian dalam program semacam itu.
Ia mengungkapkan dari program pemberdayaan yang dijalankan, warga pesantren waria Al Fatah mendapatkan banyak pelatihan yang dapat dijadikan bekal untuk membuka peluang usaha yang mandiri. Wayang sampah plastik yang telah berhasil diproduksi juga dapat bermanfaat sebagai media pembelajaran bagi kelompok-kelompok belajar pada tingkat pendidikan dasar.
“Terima kasih kepada tim Wansaplas UGM yang sudah dengan sabar dan tekun membimbing teman-teman waria. Harapannya hal ini dapat menjadi inspirasi untuk komunitas yang lain atau mahasiswa lainnya untuk terus mengembangkan ide dan kreativitasnya,” katanya.
Penulis: Ika