Tim Mahasiswa UGM yang terdiri dari Veronika Diah Oktaviani, Muhammad Dian Saputra Taher, Vincent Yosafat yang berasal dari Fakultas Ilmu Budaya dan Kafi Dewanda dari Sekolah Vokasi beserta dosen pendamping Dr. Aprilia Firmonasari, S.S., M. Hum., D.E.A., mengungkap fenomena pergeseran bahasa pada masyarakat penutur bahasa Melayu Bengkulu sebagai langkah untuk melakukan preservasi bahasa daerah era kontemporer.
Adanya interaksi antara bahasa ibu dengan bahasa Indonesia, Rejang, dan Serawai menjadikan masyarakat Melayu Bengkulu merupakan penutur dwibahasa bahkan multibahasa. Yang terjadi saat ini khususnya di kalangan remaja adalah tidak bisa membedakan dalam bertutur menggunakan bahasa Melayu Bengkulu ataupun bahasa lainnya. Hal ini disebut dengan campur kode (code-mixing) dan alih kode bahasa (code-switching) yang membuat bahasa Melayu Bengkulu saat ini sedang terdesak dan jika dibiarkan akan terjadi kematian bahasa.
Penelitian ini melibatkan 2 orang Budayawan Bengkulu, Bencoolen Speak Community, Badan Musyawarah Adat (BMA) Kota Bengkulu, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Bengkulu, Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Provinsi Bengkulu, dan masyarakat umum penutur bahasa Melayu Bengkulu sebagai informan, serta remaja yang masih bersekolah sebagai responden.
“Bahasa Melayu Bengkulu berada di urutan 148 bahasa daerah yang terancam punah. Hanya sekitar 50% masyarakat Kota Bengkulu yang masih secara aktif menuturkan bahasa tersebut, yaitu penduduk yang mendiami wilayah pesisir Kota Bengkulu yang disebut dengan “Kampung Lamo”. Secara keseluruhan bahasa Melayu Bengkulu mendapatkan skor 44% sehingga status dari daya hidup bahasanya adalah endangered karena berada pada rentang 41-60%,” ungkap tim saat menjelaskan hasil penelitian yang dilakukan selama 3 bulan.
Penelitian ini mengindikasi adanya urgensi untuk mempertahankan eksistensi bahasa Melayu Bengkulu seperti penguatan filosofi budaya dan bahasa Melayu Bengkulu, pengembangan dan peningkatan lomba dan festival bahasa Melayu Bengkulu, menciptakan dan menjaga bahasa Melayu Bengkulu melalui penggunaan bahasa Melayu Bengkulu di lingkungan instansi (kantor, sekolah, lembaga terkait), melakukan dokumentasi bahasa, dan penyusunan modul bahasa Melayu Bengkulu.
Selengkapnya di sini.
Penulis: Khansa