Kejadian kanker mulut di Asia Tenggara tergolong tinggi, bahkan kanker mulut menduduki posisi tertinggi dari enam jenis keganasan yang sering terjadi pada negara Asia. Tak hanya menyerang usia lanjut, kanker mulut pun dapat terjadi pada anak-anak. Di era dengan persebaran informasi yang begitu bebas ini, berita yang tidak tepat mengenai kanker mulut dapat menjadi pemicu gangguan kecemasan, termasuk pada fobia. Penelitian tersebut dilakukan oleh tim mahasiswa UGM yang terdiri dari Freisiane Rachmalia Sadono (Kedokteran Gigi 2019), Annisa Oktaviani Guntara (Kedokteran Gigi 2018), Nenny Rahma Dwi Cahya (Farmasi 2018), dan Lulu’ul Jannah (Psikologi 2018).
Freisiane mengatakan daun jambu biji (Psidium guajava L.) sebagai pereda kecemasan akibat fobia kanker mulut setelah mereka melakukan penelitian indikasi kejadian fobia kanker mulut di Daerah Istimewa Yogyakarta. “Banyaknya masyarakat yang takut akan kanker menjadi alasan mereka mengungkap indikasi kejadian fobia kanker mulut. Kami ingin memberikan kontribusi supaya indikasi fobia kanker mulut pada beberapa kalangan dapat diredakan. Besar harapannya agar masyarakat lebih aware terhadap fobia kanker mulut,” ujar Freisiane, Kamis (9/9).
Penelitian di bawah bimbingan drg. Hendri Susanto, M.Kes, Ph.D., Sp.PM ini merupakan ajang kompetisi yang diadakan oleh Kemdikbud Ristek, yaitu Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) Riset Eksakta didanai tahun 2021. Menurut Freisiane indikasi kejadian fobia kanker mulut memang dialami oleh sebagian besar masyarakat. Hasil penelitiannya di DIY, terdapat 24,3% masyarakat terindikasi rendah, 63,1% terindikasi sedang, dan 12,6% terindikasi tinggi dari total 103 partisipan.” Jumlah tersebut didapatkan dari wawancara pada kuesioner yang telah kami sebar melalui Google Form, kemudian dianalisis,” paparnya.
Pada uji molekuler, kata Nenny selaku anggota tim yang lain, menyebutkan ada sejumlah senyawa pada daun jambu biji yang berpotensi sebagai agen pereda kecemasan pada fobia kanker mulut dengan Epigalokatekin Galat dengan potensi paling tinggi. Percobaan molecular docking dilakukan dengan menguji 23 senyawa yang terkandung dalam daun jambu biji. “Semakin rendah atau negatif docking score menunjukkan bahwa ligan dapat mengikat lebih kuat pada reseptor dan dianggap lebih stabil,” lanjut Nenny.
Nenny menambahkan penelitian ini memadukan bidang eksakta dan sosial humaniora sekaligus. Namun demikian, mereka merasa bersyukur bisa menyelesaikan penelitian ini selama tiga bulan dan berlangsung lancar. Tim mahasiswa ini memanfaatkan teknologi komputasi dan database, yaitu molecular docking untuk membuktikan potensi senyawa yang terdapat pada daun jambu biji sebagai pereda gangguan kecemasan seperti fobia kanker mulut. Selain itu, mereka menggunakan media Google Form yang telah menjadi trendsetter penelitian daring dan program komputer yang digunakan untuk analisis statistik untuk mengungkap indikasi fobia kanker mulut.
Penulis : Gusti Grehenson