Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) terbuka melakukan pembinaan riset untuk semua stakeholder, termasuk pembinaan-pembinaan SDM, dan jika memiliki passion meneliti maka melalui manajemen talenta BRIN secara khusus mengannouncer untuk mahasiswa-mahasiswa semester 3-4 untuk melakukan riset bersama.
“Banyak mekanismenya, misal untuk temen-temen mahasiswa di semester 3-4 kita punya program merdeka belajar maka bisa bersama-sama dengan BRIN untuk melakukan penelitian,” ucap Dwie Irmawaty Gultom, Ph.D, Plt., Direktur Pemanfaatan Riset dan Inovasi pada Industri, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), saat menjadi pemateri hari pertama penyelenggaraan Health Riset & Inonovation Expo 2021, Kamis (16/9).
Ia menyampaikan jika mahasiswa memang memiliki passion di penelitian maka bisa melanjutkan risetnya sampai co-pembimbingan guna menyelesaikan tugas akhir. Jika setelah lulus masih memiliki minat maka hal itu bisa berlanjut lagi di program S-2 karena ada program Master by Research.
“Intinya BRIN tidak sebatas untuk institusi pendidikan saja tapi melibatkan banyak stakeholder. Di BRIN ada Direktorat Kemitraan Riset, bisa ngobrol-ngobrol dan bertanya secara spesifik soal pengembangan riset yang bisa dilakukan bersama,” katanya.
BRIN untuk saat ini dan kedepan, katanya, fokus mengembangkan mekanisme riset bersama sehingga siapa saja bisa memasukan proposal. Kedepan sangat penting untuk mengatasi berbagai tantangan dengan melakukan penelitian bersama dengan mempertimbangkan berbagai kemungkinan dampaknya.
Soal penelitian, Dwie Irmawaty mengakui kadang ide ada tapi mengalami kesulitan ketika harus berbicara komersialisasi. Oleh karena itu, BRIN mendorong keterlibatan industri sejak awal penelitian.
“Jadi, yang selama ini terjadi kan kita membuat riset sendiri, prototype sendiri baru kemudian menawarkan pada industri. Tapi yang terbaru nanti industri sudah dilibatkan sejak awal, kalau basic riset memang mungkin ranah komunitas ilmiah, tapi di pengembangan protototipe sudah melibatkan industri. Mereka bisa memberikan masukan-masukan terkait market data, market demand, market preference karena teman-teman industri lebih memahami hal itu,” terangnya.
Hal senada disampaikan Dr. Ir. Nugroho Ananto, M.Eng., MM, Senior Consultant- Sinergi Consulting. Menurutnya, periset-periset unggul memang perlu mendapatkan support dari pihak-pihak lain. Pihak-pihak lain yang memang ahli dari sisi komersial dan manufaktur.
Karena itu, para peneliti atau innovator harus berkolaborasi dengan mereka yang pandai menjual dan mampu memproduksi hasil karya penelitian dalam skala manufaktur atau mess production skala industri.
“Untuk skala komersial dan manufaktur, apa yang kita hasilkan dari penelitian masih harus di skill-up, misal motor gesit waktu diminta buat 10 -100 masih bisa dengan bagus, tapi akan beda tentu jika diminta membuat 500 ribu atau 1 juta motor, ini butuh kesiapan manufakturnya bagaimana dan investasinya akan beda banget,” paparnya.
Health Research & Innovation Expo diselenggarakan Unit Production House Learning and Innovation Development (UPH-LERES), FKKMK UGM. Untuk gelaran HRIE 2021 mengangkat topik Manajemen Pemasaran Instrumentasi Medis, From Marketing to Product, From Product to Marketing.
HRIE kali ini digelar selama 2 hari, 16-17 September 2021, dan di hari pertama dibahas secara daring mengenai pemanfaatan dan pemasaran produk inovasi kedokteran secara luas untuk masyarakat umum dengan menghadirkan pembicara Dwie Irmawaty Gultom, Ph.D, Plt., Direktur Pemanfaatan Riset dan Inovasi pada Industri, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan Dr. Ir. Nugroho Ananto, M.Eng., MM, Senior Consultant- Sinergi Consulting.
Sedangkan di hari kedua membahas soal hambatan dan tantangan pengembangan inovasi di bidang klinis, gizi dan pangan dengan pembicara para inventor berpengalaman diantaranya dr. Dian Kesumapramudya Nurputra, Sp.A., M.Sc., Ph.D (Genose C19-Inventor), Ir. Memory M. Waruwu, ST., M.Eng., IPM (Sistem Simulasi Tanda Vital Untuk Media Pembelajaran Inventor), Sri Hartini, S.Kep., Ns., M.Kes., Ph.D (Special Spoon for cerebral Palsy Children Inventor) dan Dr. Siti Hemyati, DCN., M.Kes (Susu Fermentasi Double Fortifikasi Fe-Zn Inventor).
Dekan FKKMK UGM, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed, SpOG(K)., Ph.D., berharap penyelenggaraan HRIE 2021 mampu menjadi arena mengumpulkan ide-ide terkait penelitian dan inovasi tentang produk-produk kedokteran di lingkungan sivitas akademika FKKMK UGM dan sivitas hospitalia. Disamping itu, HRIE 2021 menjadi forum yang mempertemukan komponen-komponen dalam penelitian berbasis pengembangan dan penerapan produk inovasi sekaligus menyediakan database penelitian beserta produk-produk inovasi yang dikembangkan.
“Kita berharap melalui forum ini mampu menginisiasi hilirisasi produk-produk terkait misalnya bahan ajar, manikin media ajar dan instrumentasi medis,” ujarnya.
Dikatakannya, inovasi bidang kedokteran tidak terlepas dari pembelajaran dalam media ajar, pengembangan instrumentasi medis dan manikin. Instrumentasi medis bisa memiliki peluang menjadi industri yang menjanjikan apabila bisa diproduksi dan dipasarkan dengan baik.
“Sayang peluang tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal oleh industri nasional karena keterbatasan. Karena keterbatasan produksi sehingga pemenuhan berbagai instrumentasi medis masih bergantung pada produk-produk impor,” tandasnya
Penulis : Agung Nugroho