Fakultas Pertanian UGM dalam melaksanakan Tridarma Perguruan Tinggi tahun 2021 masih sama dengan tahun 2020 yaitu dalam kondisi pandemi Covid-19. Kegiatan kuliah dan pembelajaran masih daring dan kegiatan administrasi dilaksanakan di kantor (Work From Office-WFO) dan di rumah (Work From Home-WFH) menyesuaikan edaran universitas dan pemerintah terkait implementasi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Demikian disampaikan Dr. Ir. Jamhari, M.P saat mengawali laporan tahunan Dekan Fakultas Pertanian UGM 2021 pada Peringatan Lustrum XV, di Auditorium Hardjono Danoesastro, Senin (27/9). Disamping dalam bidang pendidikan dan kemahasiswaan, juga disampaikan laporan terkait bidang penelitian, pengabdian kepada masyarakat, kerja sama dan alumni serta bidang administrasi, keuangan, SDM dan sarana prasarana.
Pada proses pembelajaran, kata Dekan, Fakultas Pertanian UGM telah mengimplementasikan Kurikulum 2019 yang disesuaikan dengan Permendikbud No.3 tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi yang memuat tentang Merdeka Belajar-Kampus Belajar. Fakultas memberikan hak kepada mahasiswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran di luar program studi di Universitas Gadjah Mada sebesar maksimum 20 sks dan kegiatan pembelajaran di luar UGM baik di Perguruan Tinggi lain maupun non perguruan tinggi sebanyak maksimum 40 sks.
“Kurikulum 2019 memberikan kesempatan kepada mahasiswa mengikuti salah satu bentuk kegiatan pembelajaran (BKP) di luar kampus mulai semester 6 dan 7. Kurikulum hasil relaksasi memberikan jumlah sks mata kuliah pilihan cukup besar berlaku bagi mahasiswa mulai angkatan 2019,” ucapnya.
Meski begitu, kata Dekan, tidak menutup kemungkinan mahasiswa angkatan 2018 juga mengikuti salah satu bentuk kegiatan pembelajaran (BKP) MBKM. Hanya saja, jumlah sks pilihan pada kurikulum lama masih sedikit dan beberapa mata kuliah yang tidak dapat dimasukkan dalam transkrip dapat dimasukkan dalam Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI).
“Saat ini Fakultas juga sedang melengkapi panduan Merdeka Belajar Kampus Merdeka agar dapat berjalan dengan baik. Karenanya mahasiswa mulai semester 4 dan 5 sudah mulai dapat mengambil mata kuliah lintas prodi di fakultas maupun lingkup universitas, bahkan beberapa mahasiswa telah mengikuti kegiatan merdeka belajar BKP Magang,” ujarnya.
Dalam pembelajaran internasionalisasi maka dalam pandemi kegiatan pertukaran mahasiswa baik inbound maupun outbond secara fisik tidak dapat dilaksanakan. Meski begitu mahasiswa Fakultas Pertanian UGM tetap dapat mengikuti kuliah di universitas mitra di luar negeri. Pada tahun 2020 ada 4 mahasiswa yang belajar di Ibaraki University secara daring dan tahun ajaran 2021/2022 telah ada 22 mahasiswa yang akan mengikuti pembelajaran secara daring di tiga universitas luar negeri yaitu Gyeongsang National University, Ibaraki University dan Tokyo University of Agriculture and Technology.
“Jika ditilik dari pembiayaan, mengikuti kuliah secara daring lebih murah sehingga kedepan semoga lebih banyak lagi mahasiswa yang dapat merasakan ikut kuliah di universitas luar negeri meskipun secara daring,” terangnya.
Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., IPU, ASEAN.Eng menyatakan tahun ini merupakan tahun kedua pandemi Covid-19, dan sekaligus tahun kedua Fakultas Pertanian UGM melaksanakan Dies Natalisnya dalam suasana pandemi Covid-19.
Diakuinya pandemi Covid-19 telah memaksa para pengelola perguruan tinggi untuk melaksanakan pembelajaran secara daring penuh dan saat ini sudah ada beberapa yang melaksanakan pembelajaran secara bauran yaitu daring dan luring. Fakta membuktikan Covid-19 tidak hanya hadir sebagai bentuk disrupsi baru, tetapi juga mempercepat disrupsi yang telah terlebih dulu ada karena perkembangan teknologi informasi yang begitu cepat.
“Meskipun Covid-19 menimbulkan kekacauan luar biasa, tetapi Covid-19 juga membimbing dan memacu kita untuk mempercepat perubahan yang seharusnya sudah kita lakukan sejak lama. Covid-19 mengingatkan kita untuk bertindak secara tidak biasa, bertindak lebih inovatif, lebih responsif dan antisipatif dan harus lebih bersungguh-sungguh, Covid-19 memotivasi kita untuk membuat pendekatan baru yang luar biasa untuk beradaptasi, bertahan hidup dan berkembang,” katanya.
Ia menambahkan Covid-19 telah mendidik semua untuk mempercepat inovasi yang perlu dilakukan. Sebelum pandemi Covid-19 melanda, institusi pendidikan tinggi telah bekerja keras untuk mengantisipasi tantangan dan disrupsi, tetapi Covid-19 memberi disrupsi dan tantangan lain yang jauh lebih hebat. Bahkan, dalam tempo yang singkat kalangan pendidikan di semua jenjang menggunakan teknologi digital dalam pembelajaran. Hal ini sesuatu yang tidak mudah dimulai sebelum pandemi Covid-19, meskipun teknologi pembelajaran daring dan regulasinya sudah tersedia.
“Jadi, Covid-19 juga menghadirkan kesempatan untuk menerapkan cara non-klasikal dalam menjalankan pendidikan secara inovatif,” paparnya.
Untuk saat ini sebagai pendidik, katanya, harus berusaha agar dunia pendidikan tinggi lebih antisipatif, adaptif, dan responsif terhadap perubahan yang ada dengan melakukan kolaborasi multiple helix. Upaya ini dilakukan untuk menghasilkan inovasi yang benar-benar menjadi sumber solusi untuk berbagai persoalan bangsa Indonesia. Merdeka Belajar-Kampus Merdeka yang telah dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi diharapkan menjadi salah satu katalisator dalam proses kolaborasi tersebut.
“Tentu harus kita dukung dengan berbagai dinamikanya. MBKM menuntut adanya kemitraan multiple helix yang sinergis dan strategis antar pemangku kepentingan pemerintah, perguruan tinggi, dunia uasaha dan dunia industri, asosiasi profesi, masyarakat atau komunitas, filantropi dan media. Selamat kepada Fakultas Pertanian atas peran sertanya dalam kegiatan MBKM ini. Kami bangga dengan Faperta UGM atas capaian di berbagai bidang, akreditasi internasional ASIIN telah diperoleh prodi penyuluhan dan komunikasi pertanian, prodi teknologi hasil pertanian dan prodi proteksi tanaman dan prestasi-prestasi lainnya yang membanggakan,” ungkapnya.
Sementara itu, pidato Dies ke-75 Fakultas Pertanian UGM disampaikan oleh Prof. Dr. Ir. Susamto Sumowiyarjo dengan mengangkat judul Kearifan Lokal dan Pertanian Berkelanjutan. Ia mengatakan sebagai model idaman masa depan pertanian berkelanjutan mempunyai banyak ancaman dan tantangan. Indonesia sebagai mosaik budaya dan alam memiliki kearifan lokal yang tersebar di semua wilayah, dilahirkan dan diasuh oleh suku-suku setempat.
Kearifan lokal, menurutnya, sebentuk dengan pengetahuan berbasis pemecahan masalah yang melihat kenyataan lingkungan bukan sekedar objek, melainkan sesama subjek. Banyak kearifan lokal yang dalam beberapa kasus terbukti lebih ramah lingkungan sekaligus meningkatkan produksi pertanian.
“Sebagai contoh masyarakat Dayak memiliki kearifan lokal tentang cara berladang yang menyelesaikan persoalan lingkungan hidup dan kebutuhan ekonomi masyarakat. Karenanya kearifan lokal yang tidak sesuai dengan tuntutan zaman perlu dimodifikasi berbasis ilmu pengetahuan sekarang, atau ditinggalkan. Sedangkan kearifan lokal yang masih berlaku sampai sekarang perlu dilindungi, dilestarikan dan dikembangkan serta dimanfaatkan secara maksimal untuk mendukung pelaksanaan pembangunan pertanian berkelanjutan kedepan,” urainya.
Penulis : Agung Nugroho