Usai penyelenggaraan Ujian Tengah Semester (UTS) di pertengahan bulan Oktober 2021 nantinya mahasiswa UGM bisa mengikuti perkulihan secara tatap muka. Pertemuan Tatap Muka (PTM) Terkendali saat ini tengah dibahas bersama antara pimpinan universitas dan fakultas.
Kepala Pusat Inovasi dan Kajian Akademik UGM, Dr. Hatma Suryatmojo, S.Hut., M.Si., menjelaskan setelah pelaksanaan UTS maka fakultas dan sekolah di lingkungan Universitas Gadjah Mada bisa menyelenggarakan PTM Terkendali sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu, selama masa penyelenggaraan UTS masing-masing fakultas diharapkan untuk menyiapkan pembelajaran tatap muka terkendali.
“Jadi, kita mengistilahkannya PTM terkendali bukan PTM Terbatas karena kalau PTM Terbatas kan hitungannya pada jumlah, tapi untuk PTM Terkendali bukan hanya menyangkut soal jumlah, namun juga soal infrastruktur dan lain-lain, termasuk infrastruktur kesehatan,” katanya, di Kampus UGM, Rabu (29/9).
Ia menyampaikan bahwa PTM Terkendali sebenarnya merupakan implementasi dari Kegiatan Belajar Mengajar Bauran yang telah berjalan di fakultas selama ini. Kegiatan Belajar Mengajar Bauran terdiri dari tatap muka luring dan tatap muka daring, jika kemarin sudah dilaksanakan tatap muka daring (sebelum UTS) maka kini saatnya dipersiapkan pelaksanaan tatap muka secara luring.
“PTM Terkendali itu kan sebenarnya bagian dari KBM Bauran. Jika kemarin daringnya, kita sekarang menyiapkan untuk pelaksanaan luringnya, dan sekitar pertengahan Oktober 2021 kita laksanakan pertemuan tatap muka,” ujarnya.
Hatma berharap PTM Terkendali nantinya akan berjalan dengan baik karena masing-masing fakultas saat ini sudah memiliki Tim KBM Bauran. Tim inilah yang kini memiliki data terkait keperluan dosen untuk pertemuan tatap muka di kelas nantinya.
Untuk itu, ia meminta KBM Bauran masing-masing fakultas melakukan update terhadap keperluan ini. Demikian pula beberapa infrastruktur yang harus disiapkan diantaranya seting kelas, tambahan kamera, streaming dan lain-lain.
“Kita berharap data diupdate karena mungkin ada dosen yang memerlukan pertemuan tatap muka 2 atau 4 kali dan lain-lain,” paparnya.
Terkait infrastruktur protokol kesehatan, kata Hatma, maka yang perlu direkomendasikan kepada mahasiswa yang akan mengikuti PTM Terkendali di dalam kampus adalah minimal sudah vaksin I. Kemudian di setiap ruang kelas yang akan dipergunakan ada staf khusus yang bertugas memantau mobilitas mahasiswa keluar masuk,
Dengan kondisi tersebut maka otomatis nanti pengaturan jadwal untuk kelas juga berbeda-beda dan tidak boleh disamakan. Jika dahulu misal ada kelas serentak masuk jam 9 maka berbeda di pelaksanaan PTM Terkendali nanti. Untuk setiap kelas yang dipergunakan diberikan jeda sehingga tidak ada kerumunan.
Selain itu, di setiap area juga disediakan tempat untuk cuci tangan, chek suhu, dan perlu mempertimbangkan sirkulasi udara dalam kelas yang digunakan. Direkomendasikan untuk mengurangi penggunaan AC, dan berharap menjadikan ruangan jauh lebih terbuka.
“Jendela-jendela untuk diaktifkan lagi, kemudian jarak kursi juga mengacu standar yaitu berjarak 2 meteran. Kemudian yang paling penting dalam kelas juga dipersiapkan fasilitas streaming sehingga mahasiswa yang tidak kejatah mengikuti luring tetap bisa mengikuti kuliah secara streaming. Karena yang mengikuti jumlahnya mesti terbatas dan itupun harus ada operatornya,” terangnya.
Hatma menandaskan jika jumlah mahasiswa yang mengikuti pertemuan tatap muka banyak maka dalam pelaksanaannya akan digilir. Misal, dalam satu kelas yang mengikuti 100 mahasiswa, sementara kapasitas ruang hanya 50 orang maka akan dibagi dua. Penyelenggaraan tatap muka pertama dilaksanakan dengan cara separuh masuk kelas dan separuh mengikuti streaming. Demikian pula berikutnya yang tadinya mengikuti streaming bergantian masuk kelas, dan separuh lainnya mengikuti streaming.
Hatma menambahkan bagi mahasiswa yang akan mengikuti PTM Terkendali selain pernah vaksin I diharapkan melampirkan izin berupa persetujuan dari orang tua untuk mengikuti pertemuan tatap muka. Disamping itu, mahasiswa juga diharapkan membuat surat pernyataan dalam keadaan sehat dan akan lebih baik bila dilengkapi dengan surat keterangan sehat dari Puskesmas atau GMC.
“Meskipun lampiran dari layanan kesehatan ini tidak wajib, yang penting membuat pernyataan kalau dirinya dalam kondisi sehat,” urainya.
Hatma menandaskan waktu kuliah PTM Terkendali dibatasi. Untuk kegiatan dalam kelas tidak boeh lebih dari 60 menit, dan batasan waktu ini berdasar hasil dari survei dan juga rekomendasi dari aspek kesehatan agar tidak boleh berlama-lama dalam kelas.
Jadi, semua harus efisien karena PTM Terkendali ini merupakan bagian dari implementasi kegiatan belajar mengajar bauran sehingga jika PTM Terkendali ini dalam pelaksanaannya berhasil maka maka pola-pola pembelajaran UGM kedepan akan banyak memakai model KBM Bauran.
“Sehingga kita tidak akan lagi kembali seperti dulu, tapi kita memasuki era kenormalan berikutnya dengan KBM Bauran ini sehingga ada efisiensi dalam penyelenggaraan pembelajaran,” imbuhnya.
Harapan keberhasilan tersebut, kata Hatma, juga tidak lepas dari dukungan Health Promotion University (HPU) di tingkat universitas dan fakultas. HPU diharapkan menjadi pengawal untuk pelaksanaan PTM Terkendali nantinya.
“Tentu harapannya tidak ada klaster, kalau aman yang nanti mungkin akan ada peningkatan secara bertahap, paling tidak sekarang mencoba dulu agar tendiknya juga terbiasa melayani dengan PTM Terkendali, kemudian mahasiswanya juga paham dengan protokol yang harus dilakukan, dan dosen bisa menyiapkan untuk itu. Tentu selalu dilakukan evaluasi nantinya, kan di KBM Bauran juga sudah ada mekanisme evaluasi,” ucapnya.
Penulis : Agung Nugroho
Foto : Firsto