Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Mneparekraf), Dr.H. Sandiaga Salahuddin Uno, B.B.A., M.B.A., menyebutkan keterlibatan Sustainable Tourism Observatory (STO) dan Monitoring Center Sutainable Tourism Observatory (MCSTO) dalam upaya pengembangan pariwisata berkelanjutan menentukan kontribusi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif terhadap pembangunan berkelanjutan, pengentasan kemiskinan, pemberdayaan masyarakat, perlindungan keanekaragaman hayati dan mitigasi perubahan iklim.
Hal tersebut relevan dengan isu-isu strategis yang menjadi cakupan dalam pengukuran monitoring dan observatori STO. Beberapa diantaranya seperti local statisfaction, destiation economic benefit,governance, solid waste management, waste management, climate action, tourism sesonality, energy management, acessibility, water management, serta waste water management.
“Karenanya MCSTO harus memperkuat dan meningkatkan peran sebagai center of exclencess, research and innovation yag mampu memberikan data, informasi, anaisis, rekomendasi dan tindak lanjut bagi pemerintah sera stakeholder pariwisata lainnya,” jelasnya saat membuka Webinar Sustainable Tourism Development (STDEV) Forum Seri #5 2021, Rabu (29/9).
Dalam webinar bertajuk The Optimization of Sustainable Tourism Observatories (INSTO) Toward Quality and Sustainable Tourism in Post Pandemic Era, Sandiaga menyatakan Kemenparekraf dengan dukungan ISTC dan organisasi pariwisata dunia (UNWTO) dapat memperkuat koordinasi dan komunikasi dengan STO/MCSTO. Upaya tersebut meningkat mengingat pengelolaan pariwisata akan menjadi lebih baik dengan dukungan koordinasi, kolaborasi, serta komunikasi dalam mengembangkan dan mendorong pariwisata dan ekonomi kreatif yang berkualitas dan berkelajutan. Selain itu, juga mendorong pariwisata yang tangguh terhadap berbagai perubahan dan krisis yang ada menuju keberlanjutan kehidupan.
STO adalah program yang diadopsi dari UNWTO dan diakui sebagai bagian dari INSTO. STO merupakan pusat monitoring dan pendampingan tentang pariwisata berkelanjutan di setiap destinasi. Di Indonesia sendiri terdapat lima observatorium pariwisata yakni Sleman bekerja sama dengan UGM, Pangandaran bekerja sama dengan ITB, Sanur bekerja sama dengan Universitas Udayana, Pangururan Samosir bekerja sama dengan USU, dan Sesaot bekerja sama dengan Universitas Mataram.
“Kemenparekraf mendukung 5MCSTO dan pemda untuk memperpanjang MoU dalam rangka percepatan pembangunan STDev d Indonesia,” tuturnya.
Dalam webinar tersebut menghadirkan sejumlah pembicara dari UNWTO, Kemnparekraf, serta STO yang tebagi dalam dua sesi diskusi. Pada sesi pertama diisi pemaparan dari Dr. Dirk Glassser (Direktur UNWTO), Dr. Frans Teguh (Staf Ahli Kemenparekraf), Dr. Wisnu B. Tarunajaya (Deputi Kelembagaan dan SDM Kemenparekraf), dan Vinsnsius Jemadu, M.B.A. (Deputi Infrastruktur dan Destinasi Kemenparekraf) yang membahas Strategic Policy Framework &Support System.
Dari diskusi sesi pertama ini diperoleh simpulan peran STO yang sangat signifikan bagi STDev. Sebab, STO menjalakan peran untuk melakukan monitoring dan pelaporan. Tidak sedikit rencana pengembangan pariwisata di berbagai negara tidak dapat terimplementasikan dengan baik karena tidak adanya monitoring dan pelaporan secara berkala. Oleh sebab itu, keberadaan STO akan mengisi kekurangan tersebut sehingga pariwisata bisa berjalan dengan baik.
Lalu, pada sesi dua menghadirkan pembicara dari 5 STO/MCSTO yang berbagi pengalaman dan praktik baik dalam implementasi pembangunan pariwisata berkelanjutan. Mereka adalah Hendrie Adji K, Ph.D., (Kepala MCSTO UGM), Agung Suryawan, Ph.D., (Kepala MCSTO Universitas Udayana), Budi Fasial., Ph.D., (Kepala MCSTO ITB), Akhmad Saufi, Ph.D., (Kepala MCSTO Universitas Mataram), dan Nurlisa Ginting, Ph.D., (Kepala MCSTO USU).
Kepala MCSTO UGM, Hendrie Adji K, dalam kesempatan tersebut memaparkan implementasi yang telah dilakukan dalam pengembangan wisata berkelanjutan di desa wisata Pancoh dan Pulesari Kabupaten Sleman. Beberapa diantaranya adalah manajemen air limbah, manajemen sampah solid, konservasi, parwisata inklusif dan lainnya.
Ia juga menyampaikan tantangan dan agenda kedepan terkait pengembangan pariwisata berkelanjutan, salah satunya mendorong replikasi kinerja ekonomi di Pancoh dan Pulesari agar bisa dilakukan di Borobudur Yogya Prambanan serta destinasi lainnya. Lalu, pada 2022 akan melakukan riset pariwisata berkelanjutan khususnya menganalisis ketahanan desa wisata di Sleman menghadapi pandemi Covid-19. Berikutnya, mendorong indikator pariwisata berkelanjutan menjadi bagian kompetensi pendidikan (KKN PPM UGM), menjadikan Borobudur Yogya Prambanan sebagai center of excellent pariwisata berkelanjutan berdasar pada pendidikan vokasional dan saintifik. Tak kalah penting melakukan reaktifasi MoU dan kegiatan antar pihak terkait (Kemenparekraf, UGM, Kabupaten Magelang, Kabupaten Sleman, Kabupaten Kota, dan Kota Yogyakarta).
Penulis: Ika