Perubahan iklim dan pemanasan global dalam beberapa tahun terakhir menyebabkan meningkatnya insidensi penyakit tropis. Peningkatan suhu udara dunia berperan dalam penyebaran penyakit tropis dan vektor penyakit. Beberapa penyakit tropis yang dimaksud, antara lain, diare yang disebabkan rotavirus, kaki gajah (filaria), lepra, DBD, malaria, flu, TBC, hepatitis, dan penyakit jamur.
“Penyakit-penyakit ini dijumpai terutama di negara-negara miskin dan terpinggirkan,” kata pakar mikrobiologi Fakultas Kedokteran (FK) UGM, dr. Abu Tholib, M.Sc., Ph.D., Sp.MK(K), di sela -sela kegiatan Simposium Internasional Ilmu Kedokteran Molekuler Penyakit Tropis, Rabu (17/3), di FK UGM. Simposium yang dilaksanakan pada 17-19 Maret ini melibatkan para pakar dari Indonesia, Jerman, dan Swiss. Mereka membahas berbagai penyakit infeksi dan penyakit tropis dari aspek klinis hingga molekuler.
Dikatakan Tholib, TBC merupakan penyakit tropis yang masih tinggi angka kejadiannya di dalam negeri, bahkan merupakan tertinggi ketiga di dunia. Yang menjadi permasalahan para pakar, beberapa penyakit TBC resisten terhadap obat yang biasa digunakan selama ini. “TBC yang resisten ini muncul sudah cukup lama dan obatnya masih sangat terbatas karena harganya cukup mahal,” katanya.
Selain TBC, penyakit tropis lainnya, seperti DBD, masih menjadi ancaman kematian. Ditambah lagi, dalam kurun 50 tahun terakhir belum juga ditemukan vaksinnya. “DBD sangat ruwet, menyerang anak kecil, sekarang menyerang usia dewasa. DBD belum ada vaksinnya dan obatnya belum ada. Selama ini hanya diantisipasi shock-nya, sementara virusnya sendiri diatasi oleh tubuhnya,” tambahnya.
Pendapat senada juga dilontarkan dr. Tri wibawa, Ph.D. selaku ketua panitia simposium. Ia mengatakan dalam waktu 30 tahun terakhir, tingkat kejadian kasus DBD meningkat hingga 50 kali lipat. Tri juga sempat menyinggung saat ini terdapat 1.400 macam obat yang terdaftar pada otoritas-otoritas obat dan kesehatan dunia. Namun, proporsi obat untuk penyakit tropis jumlahnya kurang dari satu persen dari seluruh obat yang ada di dunia. (Humas UGM/Gusti Grehenson)