Pusat Studi Sosial Asia Tenggara (PSSAT) menyelenggarakan MMAT 2021 Summer Course Program pada 11 Oktober hingga 10 November mendatang. Kegiatan ini diselenggarakan bagi mahasiswa, tenaga pendidik, peneliti, serta para profesional, dengan mengusung tema “Re-constructing Southeast Asia”.
“Perkembangan Asia Tenggara sangat luar biasa. Ini menjadi kesempatan yang baik untuk mengundang generasi muda yang merupakan akademisi masa depan untuk lebih memperhatikan perkembangan Asia Tenggara dan melihat dinamika serta peran baru kawasan ini di dunia moden,” ucap Drs. Muhadi Sugiono, M.A., Senin (11/10).
Program MMAT diinisiasi sejak tahun 2014, untuk merespons masalah kurang berkembangnya ketertarikan serta jumlah studi yang dilakukan akademisi terkait Asia Tenggara.
Padahal, Asia Tenggara saat ini tidak dianggap semata-mata sebagai sebuah area geografis dengan peran yang pasif di arena internasional, tetapi agen yang aktif terlibat dalam diskursus politik internasional yang mencakup dinamika politik, ekonomi, sosial dan budaya, serta isu-isu keamanan.
Citra Asia Tenggara sebagai aktor yang mampu menjadi agen tampak dalam keputusan-keputusan politik yang diambil oleh para pemimpin di negara-negara Asia Tenggara untuk mendefinisikan dan mempresentasikan diri sebagai suatu komunitas, yaitu ASEAN Community.
Kegiatan summer course, menurut Muhadi, bukan hanya bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang Asia Tenggara, tetapi membangkitkan minat para peserta terhadap isu-isu strategis seputar Asia Tenggara.
“Ukuran kesuksesan acara ini bukan bertambahnya pengetahuan, tetapi apakah ada pertanyaan-pertanyaan yang muncul dan diajukan oleh para peserta dalam melihat Asia Tenggara,” katanya.
Program ini menghadirkan sejumlah pembicara, di antaranya Dr. Phil. Vissia Ita Yulianto dari PSSAT UGM, Dr. Dicky Sofyan dari ICRS UGM, Azhar Ibrahim Alwee dari National University of Singapore, Prof. Jian-Bang Deng dari University of Tamkang, dan Dr. Ben Murtagh dari SOAS University of London.
Muhadi mengungkapkan, para pembicara berperan tidak sekadar untuk berbagi ilmu atau memberi informasi, tetapi untuk memfasilitasi diskusi di antara para peserta.
Kepala Kantor Urusan Internasional UGM, I Made Andi Arsana, mengungkapkan 2021 menjadi kegiatan yang penting karena Asia Tenggara dianggap menjadi pusat dari banyak isu penting di tingkat global.
Sebagai negara terbesar di kawasan, Indonesia memegang peranan penting dalam pengembangan studi Asia Tenggara. Karena itu, UGM juga menjadi tempat yang penting bagi mahasiswa dan akademisi dari berbagai negara di dunia untuk belajar dan berdiskusi tentang Asia Tenggara.
“Belajar tentang Asia Tenggara di Indonesia adalah keputusan yang benar. Harapannya melalui program ini setiap mahasiswa bisa menjalin diskusi dan juga pertemanan melampaui isu-isu Asia Tenggara,” ucapnya.
Penulis: Gloria