• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Hari Tanpa Bayangan Potensial Menarik Wisatawan

Hari Tanpa Bayangan Potensial Menarik Wisatawan

  • 14 Oktober 2021, 22:38 WIB
  • Oleh: Agung
  • 27666
Hari Tanpa Bayangan Potensi Menarik Untuk Wisatawan

Bebera kota di Indonesia pada bulan Oktober 2021 mengalami hari tanpa bayangan atau kulminasi. Jika tidak terjadi perubahan apapun atau semuanya dalam kondisi normal-normal saja maka fenomena hari tanpa bayangan ini dinilai sebagai fenomena yang selalu terjadi setiap tahun.

Menurut Dr. Emilya Nurjani, S.Si., M.Si, Sekretaris Departemen Geografi Lingkungan, Fakultas Geografi UGM, secara teori bumi berputar pada sumbunya atau sering disebut dengan rotasi. Kemudian bumi juga bergerak mengelilingi matahari yang disebut sebagai revolusi.

“Jadi, adanya rotasi bumi dan revolusi bumi itu menyebabkan posisi kita terhadap matahari itu selalu berubah. Jadi, biasanya pada tanggal 21 Maret atau 21 September, itu matahari berada di atas ekuator atau titik nol lintang, biasanya titik lintang nol itu ada di Pontianak, Kalimantan dan sebagian di Sumatra Barat. Biasanya pada saat matahari pas di atas titik nol maka posisi matahari itu tidak akan menimbulkan bayangan,"ujarnya di Kampus UGM, Kamis (14/10).

Emilya menjelaskan kenapa beberapa kota di Indonesia mengalami fenomena hari tanpa bayangan karena Indonesia memiliki lintang kecil bukan lintang besar. Makin besar lintangnya biasanya sudut jatuh matahari makin besar, jika sudut jatuhnya makin besar maka meskipun matahari berada di atas lokasi tetap saja ada bayangan.

“Karena lintang kita yang berada di Indonesia lintangnya kecil, paling besar 5-11 derajat lintang selatan, dan itu termasuk lintang kecil maka sudut jatuh sinar matahari ke bumi kecil makanya tidak ada bayangan pas matahari di atas lokasi di Indonesia," jelasnya.

Ia menuturkan fenomena ini terjadinya bisa setiap tahun. Meski begitu, tidak semua tempat (daerah) bisa mengalami tergantung lintang di wilayah  tersebut besar atau kecil terhadap posisi matahari.

Meski terjadi setiap tahun pada tanggal 21 Maret dan 21 Oktober, fenomena hari tanpa bayangan tidak bisa disebut sebagai penanda pergantian musim. Meskipun diakui pergerakan semu matahari (karena yang bergerak sesungguhnya bumi) ke lintang selatan selalu di akhir-akhir bulan Oktober.

“Biasanya musim penghujan kita itu kan di bulan Oktober. Tapi tidak selalu karena musim penghujan atau kemarau itu bisa maju, bisa mundur," ucapnya.

Melihat kalender yang pasti, menurut Emilya, hari tanpa bayangan yang terjadi setiap 21 Maret dan 21 September bisa menjadi potensi yang menarik untuk wisatawan. Terlebih untuk turis asing karena di negara mereka tidak mungkin menemui fenomena hari tanpa bayangan.

Sebagian besar dari mereka berada di lintang 23 derajat baik di lintang selatan maupun lintang utara. Para turis asing tidak akan mungkin mengalami fenomena semacam ini karena sudut jatuhnya sinar matahari di negara mereka besar.

“Kalau mau dijual sebagai agenda wisata bisa saja. Bisa karena di tempat-tempat lain juga menjual fenomena-fenomena semacam ini, seperti fenomena Aurora, fenomena yang terjadi di daerah-daerah Kutub. Fenomena aurora adalah terjadinya radiasi matahari yang dipantulkan. Itu kan dijual oleh mereka karena mereka tahu waktu-waktunya, karenanya kita juga bisa jual ini hari tanpa bayangan," imbuhnya.

Penulis : Agung Nugroho 
Foto : Dream.co.id

Berita Terkait

  • Pemda DIY Tingkatkan Lama Tinggal Wisatawan Asing

    Friday,01 February 2019 - 14:45
  • Kepatuhan Jalankan Protokol Kesehatan Kunci Tarik Kepercayaan Wisman

    Thursday,02 July 2020 - 15:59
  • Mahasiswa UGM Kreasikan Batik Jumputan

    Friday,19 July 2019 - 16:14
  • Bus Trans Jogja, 8000 Orang/Hari

    Monday,17 March 2008 - 9:43
  • Pengamat UGM: Sinergisitas, Keamanan dan Kenyamanan Jadi Kunci Berkembangnya Pariwisata Indonesia

    Monday,26 September 2011 - 18:21

Rilis Berita

  • Masyarakat Lombok Utara Apresiasi KKN Kolaborasi UGM 28 January 2023
    Masyarakat memberikan apresiasi pelaksanaan KKN Kolaborasi yang dirintis oleh Universitas Gadjah
    Satria
  • Evaluasi dan Temu Mitra Supplyer Gerai UMKM 27 January 2023
    Sebagai media memfasilitasi pemasaran produk UMKM binaan sivitas akademika UGM, Gerai UMKM yang b
    Agung
  • Dirjen Diktiristek Puji Fasilitas Field Research Center UGM 27 January 2023
    Plt. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Prof. Ir. Nizam,
    Gloria
  • Raih Doktor Usai Teliti Geopark Nasional Karangsambung-Karangbolong 27 January 2023
    Peneliti Ahli Utama, Pusat Riset Sumberdaya Geologi, BRIN, Ir. Chusni Ansori, M.T., dinyatakan lu
    Agung
  • Rektor UGM Paparkan Konsep HPU di Kampus UNRAM 27 January 2023
    Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K), memaparkan konse
    Satria

Agenda

  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual