Puluhan mahasiswa Teknik Mesin Sekolah Vokasi UGM yang tengah mengikuti kuliah daring tiba-tiba kaget saat di tengah kuliah yang mengisi materi bukanlah dosen pengampu melainkan Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng. Setelah tahu yang menyapa mereka adalah Rektor, mendadak seluruh mahasiswa secara spontan menayangkan video masing-masing di platform video konferensi.
Meski hanya berlangsung kurang dari sepuluh menit, Rektor berkesempatan berdialog dengan mahasiswa soal kesiapan mereka jelang kuliah luring. Rektor bertanya kepada Ircham Wahyu yang ikut kuliah online dari rumahnya di Wonosobo. “Lebih enak mana, kuliah luring atau daring?,”
“Enak luring Pak, kalo gini (daring) kurang maksimal,”katanya.
Mendengar jawaban Ircham tersebut, Rektor menyampaikan kuliah luring akan dilakukan secara penuh oleh UGM apabila kasus positif Covid-19 menurun drastis atau hampir mendekati angka nol. “UGM sebentar lagi melakukan luring semoga pandemi mendekati angka nol maka kita sudah luring secara penuh,” katanya.
Dialog yang dilakukan Rektor ini dilakukan saat melakukan kunjungan ke beberapa fakultas dan sekolah menjelang pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) Terkendali, Senin (18/10). Di Fakultas Teknik UGM, Rektor melihat langsung kesiapan pengelola dalam penerapan protokol kesehatan dengan menggunakan barcode aplikasi peduli lindungi di setiap pintu gedung, fasilitas ruang kuliah untuk peserta kuliah terbatas serta kesiapan peralatan teknologi pendukung kuliah bauran.
Ketua Departemen Teknik Mesin dan Industri, Fakultas Teknik UGM, Budi Hartono, Ph.D., mengatakan pihaknya sudah bersiap melakukan uji coba kuliah bauran dengan melibatkan 1.500 mahasiswa, enam 6 prod s1 hingga S3 dan 12 laboratorium. Pihaknya sudah melakukan beberapa kali pelatihan bagi dosen dan tendik dalam penyiapan PTM Terkendali. “Saya kira ini kuliah bauran memiliki tantangan tersendiri dengan jumlah mahasiswa kita yang cukup banyak menyiapkan SDM baik Dosen dan Tenaga Kependidikan agar PTM ini sesuai dengan prokes,” kata Budi dalam dialog dengan Rektor.
Untuk menunjang kegiatan perkuliahan secara luring dan daring atau dikenal dengan nama bauran, pihaknya juga sudah menyiapkan teknologi kamera pendukung yang nantinya kamera akan mengikuti arah gerak dosen di dalam kelas. “Namun, setiap dosen punya gaya berbeda dalam mengajar, ada yang suka fokus kamera di papan tulis, atau tetap duduk dengan menulis di platform,” katanya.
Menurutnya, prinsip dasar perkuliahan bauran ini faktor kesehatan dan keselamatan menjadi aspek yang paling diutamakan. Oleh karena itu, pihaknya melakukan survei kesediaan dosen untuk mengajar secara luring. “Sekitar 75 persen dosen mau ikut luring,” katanya.
Salah satu dosen di FKKMK UGM, dr. Eggi Arguni, Ph.D., menuturkan kuliah luring di FKKMK akan mulai dilaksanakan pada bulan November. Namun demikian, mahasiswa yang diperbolehkan ikut kuliah luring terbatas tersebut sementara ini hanya untuk mahasiswa angkatan 2020 dan 2021. Adapun kegiatan praktikum sudah mulai dilakukan secara terbatas dengan kapasitas penggunaan ruangan hanya separuhnya saja.
Panut Mulyono kepada wartawan menjelaskan pihaknya melakukan peninjauan dalam rangka mengecek kesiapan pelaksanaan kuliah tatap muka muka terkendali. “Memang di UGM saat ini sudah ada yang mulai namun ada yang juga yang belum. Kita membatasi beberapa orang di kelas dan lamanya jam belajar di kelas agar pelaksanaannya aman dan terjamin tidak ada penularan,” katanya.
Untuk mencegah terjadinya penularan Covid-19, setiap fakultas dan sekolah melaksanakan prosedur sesuai dengan protokol kesehatan Covid-19 dari mulai pemeriksaan kesehatan, mencuci tangan dan memakai masker, dan menjaga jarak dengan pembatasan jumlah peserta di dalam kelas dan laboratorium. “Jumlah persentase mahasiswa di dalam kelas maksimum diisi hanya separuhnya saja,” ujarnya
Adapun mahasiswa yang diperbolehkan ikut kuliah secara tatap muka diharuskan sudah ikut vaksinasi dan mendapat izin dari orang tua. Sementara untuk dosen tidak diwajibkan mengisi kuliah secara tatap muka karenanya diprioritaskan bagi mereka yang yang tidak memiliki penyakit penyerta. “Mahasiswa sudah melakukan vaksinasi dan izin dari orang tua. Untuk dosen kita tidak memaksa tapi dari hasil pendataan di (Departemen) Teknik Mesin tadi disampaikan 75 persen menginginkan di kelas. Tapi kita tidak ingin melihat dosen sakit dan terkena Covid-19,” pungkasnya.
Penulis : Gusti Grehenson
Foto : Firsto