Lima mahasiswa UGM mengembangkan Pregnancy and Estrous Kit for Cattle berbentuk kit yang mampu membantu peternak untuk mendeteksi kebuntingan dini dan birahi pada sapi.
“Kit dilengkapi aplikasi smartphone yang bernama Farm.co yang bertujuan menghubungkan kit dengan ponsel peternak,” kata Ketua tim pengembang, Rohhi Unggul Laksonowati, Kamis (21/10).
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UGM ini mengembangkan kit tersebut melalui Program Kreativitas Mahasiswa bidang Karsa Cipta bersama Rizky Pawestri Utami (Fakultas Kedokteran Hewan), Syifa Salsabila Putri Priambodo, Muhammad Thoriq Kusumo Satrio (Prodi Teknik Biomedis), dan Awinda Zharfani Puspasari (Prodi Teknik Industri). Program yang mereka buat berhasil mendapatkan pendanaan dari Kemdikbud Ristek dan lolos melaju ke Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) yang akan digelar akhir Oktober mendatang.
Rohhi mengatakan pengembangan kit berawal dari keinginan untuk membantu peternak dalam mendeteksi masa birahi maupun kebuntingan hewan ternaknya. Sebab, di lapangan tidak sedikit peternak yang masih sering salah menduga ternak mereka sedang birahi ketika ternak mengeluarkan lendir serviks. Padahal, pada sapi yang sedang bunting juga dapat mengeluarkan lendir serviks yang berguna untuk melindungi kebuntingannya. Keluarnya lendir serviks itu sering disangka oleh peternak sebagai tanda-tanda birahi sehingga peternak melakukan Inseminasi buatan.
“Oleh karena itu, kami menciptakan kit yang mampu membantu peternak dalam mendeteksi birahi dan mendeteksi kebuntingan dini dengan usia janin 1 bulan, agar peternak melakukan Inseminasi Buatan (IB) yang tepat,” jelasnya.
Pengembangan Pregnancy and Estrous Kit for Cattle mengadopsi konsep dari test pack digital pada ibu hamil. Testpack digital dari Pregnancy and Estrous Kit for Cattle dimodifikasi dari testpack manusia. Tak seperti testpack manusia, pada rangkaian testpack ternak digunakan rangkaian dan desain PCB yang berbeda. Lalu, test pack digital digunakan untuk mendeteksi keberadaan hormon estrogen dalam urin. Tak hanya itu, Pregnancy and Estrous Kit for Cattle mengombinasikan test pack digital dengan pH meter untuk mendeteksi pH lendir serviks.
Rohhin menjelaskan bahwa deteksi kebuntingan yang sering digunakan saat ini yaitu palpasi rektal. Metode ini relatif lebih murah dibandingkan dengan deteksi lainnya seperti USG. Namun, palpasi rektal tidak dapat dilakukan pada awal kebuntingan karena tidak dapat mendeteksi adanya fetus dan bila dilakukan akan menyebabkan keguguran.
“Menggunakan Pregnancy and Estrous Kit for Cattle tidak akan menyebabkan keguguran karena saat kit digunakan untuk deteksi tidak akan berkontak langsung dengan sapi. Dengan begitu, kit ini aman dan tidak menimbulkan risiko pada sapi terutama pada sapi yang sedang bunting,” paparnya.
Rizky menambahkan kit ini dapat digunakan berulang-ulang karena peternak cukup mengganti strip dengan strip yang baru. Oleh sebab itu, peternak dapat menggunakan 1 kit yang bisa digunakan seterusnya.
Ia menyampaikan kit dibuat dilengkapi dengan aplikasi Farm.co menjadikan pembacaan hasil deteksi dapat dilakukan melalui ponsel peternak. Selain itu, Farm.co memungkinkan peternak untuk menyimpan data sapi dan data pembacaan hasil deteksi.
“Dari data pembacaan hasil deteksi yang tersimpan, selanjutnya aplikasi akan memprediksi siklus birahi selanjutnya,” ujarnya.
Kelima mahasiswa ini berharap dengan adanya Pregnancy and Estrous Kit for Cattle mampu membantu peternak dalam pencatatan. Selain itu, juga memudahkan peternak dalam melakukan deteksi kebuntingan dini dan birahi untuk mencegah kerugian akibat kesalahan melakukan inseminasi buatan.
Penulis: Ika