Mahasiswa UGM yang terdiri dari Febriska Noor Fitriana (Arkeologi 2017) dan Frinsen Johny Hutagalung (Geografi 2017) berhasil meraih predikat juara 2 dalam kompetisi pemilihan Duta Bahasa Provinsi DIY tahun 2021. Prestasi tersebut diumumkan pada Malam Puncak Pemilihan Duta Bahasa DIY yang diselenggarakan di Pendapo Agung Grand Rohan Jogja pada Jumat (1/10). Lalu, setelah menjuarai dan dinobatkan sebagai Duta Bahasa DIY 2021 waktu itu, mereka berdua kemudian menggelar kegiatan edukasi literasi kepada masyarakat umum.
“Karena hingga saat ini saya merasa dan melihat bahwa masih banyak penggunaan Bahasa Indonesia khususnya dalam penulisan masih belum betul, seperti (aturan) pemisahan kata (pada) terima kasih, penggunaan (imbuhan) ‘di’ untuk (kata) tempat dan di kata pasif, juga untuk kata ‘padanan kata’ yang belum tersosialisasi dengan optimal,” tutur Febriska, Jumat (22/10).
Febriska menjelaskan sebetulnya terdapat tiga tugas prioritas mereka sebagai Abdi Bahasa. Pertama adalah untuk pengembangan dan peningkatan budaya literasi masyarakat. Kedua ialah “jaga gahasa” yang mengampanyekan penggunaan bahasa dengan baik di ruang publik. Ketiga bernama “niaga bahasa” atau menyelenggarakan kegiatan edukasi kebahasaan dan kesastraan dalam bentuk produk niaga, kelas bahasa asing, seminar, serta pameran kebahasaan dan kesastraan.
“Jadi, acuan program kerja kita mengacu pada trigatra bahasa yang berisi utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, dan kuasai bahasa asing,” tambah Febriska yang sebagai Duta Museum DIY tahun 2020.
Sebagai implementasi dari tugas prioritas tersebut, Febriska mengaku bakal memfokuskan kepada kegiatan edukasi literasi, layaknya berbentuk workshop, seminar, permainan daring dan lain sebagainya. Permainan daring tersebut dapat berbentuk tebak kata padanan Bahasa Indonesia, games angka Aksara Jawa, dan lain-lain.
Sedangkan bagi Frinsen menggelar dua program kerja, Superweb Literasi dan Pojok Literasi. Superweb literasi lebih kurang merupakan sebuah wadah digital yang akan mengintegrasikan segala layanan yang bertujuan untuk meningkatkan daya literasi masyarakat, ketangkasan berpikir, serta menumbuhkan rasa inovasi sehingga mampu membawa perubahan dalam lingkungan masing-masing. Sedangkan Pojok Literasi merupakan sebuah ruang yang nantinya dapat dimanfaatkan sebagai jalan untuk penyebaran pengetahuan dan penanaman nilai-nilai budi pekerti yang sesuai dengan jati diri bangsa. Harapannya Pojok Literasi ini kemudian mampu menghasilkan generasi yang unggul, berkarakter, dan berintegritas.
Sekretaris Departemen Arkeologi FIB UGM, Sektiadi, turut mengapresiasi prestasi yang diperoleh mahasiswanya tersebut. Sektiadi pun berharap kehadiran mereka sebagai Duta Bahasa dapat meningkatkan kemampuan ber-Bahasa Indonesia di tengah masyarakat. Serta sebagaimana status Febriska dan Frinsen yang masih sebagai mahasiswa, Sektiadi pun berharap hal tersebut juga dapat meningkatkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar dalam ranah akademis di kalangan mahasiswa.
“Kami sebagai dosen merasa gembira karena mahasiswa Arkeologi juga berprestasi termasuk pada kegiatan-kegiatan yang bersifat kompetitif. Tidak mudah untuk mendapatkan suatu prestasi karena tentu perlu usaha yang tidak singkat, apa lagi pada bidang yang tidak secara khusus kami ajarkan,” jelas Sektiadi.
Penulis: Aji