Tim mahasiswa UGM menginisiasi pembuatan permainan edukatif sebagai media pembelajaran kebudayaan Jawa.
Permainan edukatif yang diberi nama Lingkar Bregada ini digagas oleh Fitriana Aulia SEP., dari FKKMK, Andreas Ryan Cahyo K., Arlen Pramudya A., dan Wahyu Setyaningsih dari Fakultas Teknik, serta RR Natasya Nurputri A., dari Fakultas Hukum. Permainan yang dikembangkan kelima mahasiswa ini berhasil mendapatkan dana hibah Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dari Kemendikbudristek dan lolos maju ke Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) 2021 akhir bulan Oktober ini.
Fitriana mengungkapkan ide membuat permainan edukatif ini berawal dari kegelisahan mereka terkait minimnya metode pembelajaran Bahasa Jawa saat duduk di bangku sekolah. Mereka merasakan kurang pengalaman belajar Bahasa Jawa yang variatif. Selain itu, juga adanya keterbatasan sumber belajar Bahasa Jawa.
“Kurangnya bahan ajar dan keinginan untuk menarik minat pembelajaran Bahasa Jawa bagi anak-anak dengan media pembelajaran yang inovatif, membuat kami tertarik untuk mengembangkan ide ini,” jelasnya, Senin (25/10).
Permainan edukatif dikembangkan dalam bentuk monopoli yang memuat pengetahuan umum Bahasa Jawa. Monopoli menggunakan 10 bidak bregada dalam satu set permainan. Namun, untuk memainkannya hanya dapat dilakukan hingga 4 orang pemain.
Fitriana menjelaskan langkah pertama untuk bermain adalah dengan menyelesaikan kartu misi terlebih dahulu. Kartu misi digunakan sebagai kartu pembuka yang berisi sebuah cerita.
“Di permainan itu kami mengangkat tema sejarah Tanah Mangir, di mana ada Panembahan Senopati, Pembayun, maupun Ki Ageng Mangir yang berseteru,” terangnya.
Andreas menambahkan dalam permainan monopoli tersebut mereka menambahkan tulisan aksara Jawa di bagian depan kartu disertai dengan pertanyaan bermuatan kurikulum lokal Bahasa Jawa. Dalam permainan tersebut juga dilengkapi kotak kecil yang berisi kunci jawaban yang berada di balik di bagian bawah pertanyaan. Dengan begitu, pemain tidak dapat langsung mengetahui kunci jawaban dari pertanyaan di atasnya. Menariknya, bagian belakang kartu tersebut juga memuat terjemahan dalam tiga bahasa, yakni Bahasa Jawa dalam alfabet, Bahasa Indonesia, dan juga Bahasa Inggris.
“Harapannya ke depan produk ini bisa ada pengembangan berupa diversifikasi produk yang mengangkat kebudayaan Nusantara lain agar bisa dipasarkan lebih luas lagi. Selain itu, kerja sama dengan dinas terkait juga penting agar produk ini tidak berhenti di tataran PIMNAS saja,” harapnya.
Penulis: Ika