Pemerintah Kabupaten Bantul melalui Dinas Kesehatan Bantul bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada dan dengan didukung oleh WMP Yogyakarta dan Yayasan Tahija secara resmi menjalankan Program WoW MANTUL!! Wolbachia wis Masuk Bantul.
World Mosquito Program mengembangkan sebuah metode ilmiah untuk mengurangi penyebaran virus dengue dengan menggunakan bakteri alami yang disebut Wolbachia. Bakteri ini mampu menekan replikasi virus dengue di dalam tubuh nyamuk sehingga diharapkan dapat menurunkan kemampuan nyamuk dalam menularkan DBD dari satu orang ke orang lain.
Agus Budi Raharja S.KM, M.Kes, Kepala Dinas Kesehatan Bantul, menyampaikan bahwa Program WoW Mantul!! bertujuan untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Kabupaten Bantul. Berdasarkan penelitian yang menggunakan metode Randomized Controlled Trial yang dilakukan di Kota Yogyakarta, teknologi Wolbachia terbukti efektif menurunkan kasus dengue sebesar 77%, dan menurunkan tingkat rawat inap DBD sebesar 86%. Dengan diterapkannya teknologi Wolbachia, diharapkan bisa mengurangi beban masyarakat yang disebabkan oleh dengue dan meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.
Agus memaparkan implementasi teknologi Wolbachia akan diterapkan di 11 kapanewon, 38 kalurahan, dan 519 padukuhan, serta bekerja sama dengan 18 puskesmas di Bantul. Bentuk implementasinya akan dilakukan dengan menitipkan ember yang berisi telur nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia di rumah warga yang sukarela menjadi orang tua asuh nyamuk, dan di beberapa fasilitas umum. Antar titik pelepasan nyamuk ber-Wolbachia berjarak sekitar radius 50-75m2. Penitipan ember telur nyamuk tersebut hanya dilakukan 1 periode selama 6 bulan.
“Teknologi Wolbachia melalui Program WoW Mantul!! bersinergi dengan program pengendalian DBD lainnya sehingga harapannya bisa menurunkan kasus DBD di Bantul secara signifikan. Partisipasi dan kerja sama dari berbagai pihak menjadi kunci keberhasilan WoW Mantul!!,” papar Agus.
Trihadi Saptoadi, Ketua Yayasan Tahija, dalam sambutannya menyampaikan bahwa sebanyak 400 juta orang terpapar dengue setiap tahunnya. Ini menyebabkan adanya beban ekonomi bagi masyarakat karena dengue.
Karenanya, Yayasan Tahija mendukung implementasi teknologi Wolbachia di Kabupaten Bantul. Kedepannya, implementasi di Bantul akan menjadi contoh bagaimana model implementasi Wolbachia dilakukan di daerah dengan karakteristik perkotaan, perkampungan, dan daerah dekat pantai. Ini akan menjadi kontribusi Bantul untuk Indonesia dan dunia.
Joko Purnomo, Wakil Bupati Bantul, berharap dengan adanya teknologi Wolbachia ini, tidak ada lagi korban jiwa dari DBD. Upaya pencegahan dan pengendalian DBD yang sebelumnya terfokus dengan cara konvensional melalui PSN dengan 3M, sudah berinovasi dengan implementasi teknologi Wolbachia“Atas segala upaya yang telah dilakukan oleh UGM dan WMP Yogyakarta dalam pengembangan teknologi Wolbachia, Pemerintah Kabupaten Bantul mengucapkan terima kasih,” ujar Joko.
Peneliti Pendamping WMP Yogyakarta, dr. Riris Andono Ahmad, M.P.H., Ph.D., menyoroti aspek keamanan teknologi ini. Menurutnya, teknologi Wolbachia ini aman karena merupakan bakteri alami yang dapat ditemukan pada 60% serangga dan hanya dapat hidup di dalam sel serangga. Wolbachia tidak menyebabkan penyakit pada manusia.
Program WoW MANTUL!! Ini akan dilakukan terintegrasi dengan program pengendalian DBD yang sudah berjalan. Walaupun di Bantul akan dilepaskan nyamuk Ae. aegypti ber-Wolbachia, masyarakat perlu tetap menjalankan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan melakukan 3M serta menjaga Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
Penulis: Desy