Penyintas COVID-19 dapat mengalami keluhan berkepanjangan pasca terinfeksi COVID-19, atau yang kerap disebut sebagai long COVID.
Dokter Spesialis Paru Rumah Sakit Akademik UGM, dr. Siswanto, Sp. P, menerangkan bahwa kondisi ini banyak ditemui pada pasien dengan derajat keparahan sedang, berat, dan kritis, serta pasien dengan komorbid, meski tidak menutup kemungkinan terjadi pada pasien dengan kategori ringan.
“Yang paling berisiko adalah penderita diabetes melitus, gagal jantung, hipertensi, penyakit metabolik, dan penyakit paru kronik. Selain itu, yang membawa risiko juga adalah penyakit koinsiden, misalnya saat terkena COVID bersamaan juga dengan terkena Tuberkulosis atau komplikasi lainnya,” terangnya.
Menurut Siswanto, penyintas COVID-19 perlu memantau gejala atau keluhan yang terjadi hingga 12 minggu sejak onset atau munculnya gejala pertama.
Pasien yang mendapat perawatan di rumah sakit disarankan untuk melakukan kontrol satu hingga dua minggu setelah keluar dari rumah sakit. Selanjutnya, kontrol dilakukan kembali pada minggu keenam atau kedelapan sejak onset.
“Bagi yang ke rumah sakit biasanya kami akan menghitungkan saat ini berada di posisi berapa minggu setelah onset dan kapan sebaiknya datang kembali untuk kontrol,” ungkapnya.
Setelah 12 minggu, pasien bisa dipastikan sudah sembuh secara sempurna atau belum dilihat dari ada atau tidaknya gejala atau kelainan secara radiologis maupun hasil laboratorium.
Bagi pasien yang melakukan isolasi mandiri di rumah, ia menyarankan untuk segera memeriksakan diri ke dokter jika setelah empat minggu masih mengalami gejala, baik gejala sama yang muncul pertama kali ataupun gejala baru.
Ia mengaku banyak menemukan pasien yang melakukan isolasi mandiri karena keterbatasan kapasitas perawatan rumah sakit, namun setelah pemeriksaan diketahui memiliki derajat keparahan sedang maupun berat.
“Jangan segan-segan bagi masyarakat untuk periksa jika dulu sebelum terkena COVID tidak punya gejala seperti ini tapi setelah COVID mengalami gejala, apapun itu, sebaiknya konsultasi,” terangnya.
Siswanto memberikan sejumlah tips untuk pemulihan pasca infeksi COVID-19, yaitu konsumsi makanan tinggi protein dan rendah karbohidrat, lakukan intermittent fasting atau diet puasa, tidur berkualitas 6-8 jam di malam hari, dan perbanyak konsumsi vitamin C, D, B, E, dan antioksidan. Selain itu, penyintas disarankan menghindari stres serta mengontrol penyakit penyerta.
“Tubuh kita punya mekanisme untuk repair organ yang mengalami kerusakan sel, namanya autofagi. Proses ini butuh stimulus, perlu ada pengkondisian tertentu,” paparnya.
Penulis: Gloria
Foto: freepik.com