Menteri Koperasi dan UKM RI, Teten Masduki, mengatakan jumlah ekspor nasional meningkat pada triwulan III 2021 dengan nilai ekspor naik 22,71% dibanding triwulan III 2020 sebesar 17,24%. Namun demikian, dari jumlah tersebut jumlah ekspor UMKM masih 15,65%, masih jauh dibanding beberapa negara lainnya, seperti Singapura 41%, Thailand 29%, atau Tiongkok mencapai 60%. “Target kontribusi ekspor UMKM kita harapkan meningkat menjadi 17% di 2024,” kata Teten Masduki dalam Temu Bisnis Nasional UMKM yang diselenggarakan oleh Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Gadjah Mada, Rabu (10/11).
Menurutnya faktor penunjang untuk meningkatnya ekspor UMKM dapat dilihat dari kinerja Indeks Kinerja Logistik (LPI), optimalisasi ekspor, menekan biaya logistik, mempersingkat waktu pengurusan dokumen ekspor, dan kewajiban pabean. Selanjutnya diperlukan peran kolaborasi antara pemerintah, perguruan tinggi, BUMN, perbankan dan segenap stakeholder sangat dibutuhkan dalam membangun ekosistem yang kondusif ini untuk mendorong UKM go global. “Saya juga berharap Universitas Gadjah Mada juga dapat menjadi inkubator wirausaha, mendorong mahasiswa dapat mengidentifikasi, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan bisnis, serta membangun jaringan bisnis,” katanya.
Program Kemenkop UKM akan mendorong lebih banyak UKM yang siap ekspor tahun ini antara lain memfasilitasi standarisasi internasional bagi UKM, sekolah ekspor, pelatihan UKM ekspor, pembiayaan ekspor, sistem informasi ekspor, dan pameran berskala internasional, serta kerja sama peningkatan ekspor lainnya. Menurutnya kedepan perlu beberapa inovasi kebijakan untuk mendorong ekspor nasional dengan membangun infrastruktur logistik terpadu di dekat klaster UKM.
Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono,M.Eng., D.Eng., mengatakan perdagangan dunia saat ini juga telah mengalami transformasi dari konvensional menuju digital. Kondisi ini menjadi momentum bagi para pelaku Usaha Mikro dan Kecil untuk melakukan transformasi pemasaran menuju pasar global.
Rektor menyebutkan kontribusi UMKM terhadap ekspor non migas sebesar 15,6%, sementara itu partisipasi UMKM dalam rantai nilai global baru mencapai 4,1%. Lalu, terjalinnya kemitraan antara Usaha Mikro Kecil (UMK) dan Usaha Menengah Besar (UMB) baru pada angka 7%, demikian pula rasio kewirausahaan nasional di angka 3,47% dan keikutsertaan dalam digitalisasi UMKM masih pada angka 16%. “Angka-angka ini menunjukkan masih terbukanya peluang untuk pengembangan UMKM di masa mendatang. Kata kunci dalam pengembangan UMKM berdaya saing di pasar global adalah kolaborasi dan sinergi pentahelix antara universitas, pemerintah, perbankan, industri dan komunitas UMKM,” paparnya.
Melalui kolaborasi tersebut diharapkan bisa menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi UMKM baik berupa peningkatan kapasitas SDM, akses pembiayaan, akses pemasaran, peningkatan kapasitas dan mutu produk, standarisasi dan sertifikasi, perizinan, perlindungan kekayaan intelektual, serta penguatan jejaring dan teknologi.
Penulis : Gusti Grehenson