Kanker merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia. Kanker paru-paru menjadi penyebab kematian terbanyak dalam klaster penyakit kanker. Mengutip dari laman World Health Organization (WHO) pada Rabu, (10/11), kanker paru-paru telah membunuh 1.8 juta jiwa selama tahun 2020. Di tempat kedua ada kanker usus besar dan di tempat ketiga ada kanker hati yang membunuh 830 ribu jiwa.
Namun, walaupun mematikan, kanker paru-paru sebetulnya bisa disembuhkan. Dalam bahasa medis lebih tepatnya kanker tersebut dapat dikendalikan atau dikontrol. Dengan begitu, makna sembuh dalam hal ini bukanlah sembuh total, tetapi bermakna mencegah kanker tersebut dapat mengakibatkan kematian. Syaratnya kanker tersebut mesti ditemukan sedini mungkin. Hal ini diungkap oleh dokter spesialis paru Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM, dr. Siswanto, dalam Talkshow Painah & Paini: “Deteksi Dini Kanker Paru” yang dipublikasikan melalui kanal Youtube Rumah Sakit Akademik UGM pada Selasa, (9/11).
“Prinsipnya itu kalau kita bisa menemukan stadiumnya lebih dini, maka peluang sembuhnya lebih besar,” tutur dr. Siswanto.
Dokter Siswanto kemudian membuat skema perbandingan seperti ini: kalau kanker paru-paru dapat ditemukan dalam kondisi stadium 1, maka tingkat atau peluang kesembuhannya 85%; kalau kanker paru-paru stadiumnya 4, maka tingkat kesembuhannya (hanya) 15%. Data peluang kesembuhan tersebut dihitung dr. Siswanto berdasarkan survei yang lebih kurang mempunyai skema sebagai berikut: kalau ada 100 orang yang terkena kanker paru-paru stadium 4 dalam waktu satu tahun, pasien yang berhasil bertahan hidup hanya 15 orang.
Ia menjelaskan deteksi dini kanker paru-paru adalah menemukan kanker paru sebelum menunjukkan gejala/keluhan. Oleh karena itu, perlu kiranya untuk mengenali orang-orang yang mempunyai risiko tinggi terkena kanker paru-paru. Orang pertama adalah laki-laki perokok yang berusia 40 tahun ke atas. Kedua adalah orang-orang yang terpapar asap atau polutan industri. Dokter Siswanto mengatakan orang-orang yang terkena asap atau polutan tersebut sebaiknya melakukan screening atau deteksi kanker paru-paru setiap tahunnya.
Kemudian, golongan ibu-ibu juga berisiko tinggi terkena kanker paru-paru. Dokter Siswanto menjelaskan alasannya ada dua, satu karena ibu-ibu pada umumnya menjadi perokok pasif, kedua karena ibu-ibu rentan terpapar polutan rumah tangga layaknya asap dari pembakaran kayu bakar.
Serta golongan yang terakhir adalah orang-orang yang memliki anggota keluarga dekat menderita penyakit paru-paru.
“Kalau ada keluarga yang terkena kanker paru-paru, itu risiko ke anak-anaknya juga meningkat”, jelas dr. Siswanto.
Penulis: Aji