Dirjen Dikti Kemendikbud Ristek RI, Prof. Ir. Nizam, M.Sc., Ph.D., mendorong UGM dan perguruan tinggi lainnya agar lebih banyak bekerja sama dengan industri untuk menghasilkan produk inovasi yang bisa dimanfaatkan masyarakat. Sebab, perguruan tinggi menurutnya bukanlah sebuah pabrik yang harus berkompetisi di pasar dunia usaha. Namun demikian, kerja sama dengan industri dimulai dari sejak awal pengembangan riset hingga menghasilkan produk akhir berupa sebuah karya inovasi baru. “Tugas kita di kampus meneliti dan menghasilkan inovasi,” kata Nizam dalam Diskusi Senat Akademik UGM dan Kemendikbud Ristek dalam penguatan program kerja Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat dan Publikasi, Jumat (12/11).
Kerja sama dengan industri tersebut menurut Nizam sangat diperlukan agar Indonesia berkedaulatan dalam penguasaan teknologi. Saat ini, Indonesia masih bergantung dengan produk impor. “Kita pernah unggul saat menerbangkan pesawat sendiri 26 tahun lalu sebagai karya anak bangsa. Setelah ini tidak terbang kembali. Belum lagi kesenjangan transformasi sosial, kita sangat bergantung pada impor, alat-alat kesehatan 95 persen impor, dan bahan baku obat saja 100 persen impor,” katanya.
Menurutnya, rendahnya penguasaan teknologi ini menyebabkan peringkat indeks pembangunan manusia kita berada di bawah rata–rata global yang berada di peringkat 107 dari 189 negara. Sementara tingkat daya saing kita berada di peringkat 40 dari 140 negara. Menurutnya perguruan tinggi memiliki tanggung jawab besar untuk meningkatkan daya saing bangsa tersebut. “Jika kita masih bergantung pada impor maka yang paling bersalah adalah perguruan tinggi. Karenanya kita harus menghasilkan calon pemimpin masa depan yang unggul, kreatif dan berdaya saing,”katanya.
Rektor UGM, Prof.Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., mengatakan UGM akan lebih banyak mendorong berbagai riset dasar, riset bidang sosial humaniora dan riset multidisiplin. Menurutnya, saat ini riset yang paling menonjol lebih didominasi bidang saintek kesehatan karena mampu menghasilkan produk aplikatif dan bisa dimanfaatkan. “Saya kira penelitian bidang humaniora sangat penting karena bisa menjadi masukan bagi negara dalam pengambilan kebijakan. Jangan sampai kebijakan yang diambil secara nasional melampaui tingkat kebudayaan masyarakat kita,” katanya.
Selain itu, UGM juga akan mendorong riset dalam bidang ilmu-ilmu dasar sehingga paling tidak nantinya bisa menghasilkan teori baru dalam bidang sains. “Harus kami fasilitasi agar muncul terobosan baru bidang sains. Setidaknya ke depan ada penerima nobel dari UGM, bisa mengembangakan teori baru yang menjadi pengarah dari sebuah pengajuan ilmu pengetahuan,”katanya.
Sementara Ketua Senat Akademik (SA) UGM, Prof. Dr. Sulistiowati, S.H., M.Hum, mengatakan diskusi dengan Kemendikbud Ristek diharapkan nantinya dalam penyusunan program kerja senat akademik bidang penelitian, pengabdian dan publikasi dapat selaras dengan program kerja yang ada di Kemendikbud Ristek. “Kebijakan yang disusun oleh SA bisa mengacu pada kegiatan tridarma dan program kerja di Kemendikbud Ristek,”pungkasnya.
Penulis : Gusti Grehenson