Empat orang mahasiswa UGM memberikan pendampingan beternak ayam bahagia pada warga binaan Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Kabupaten Sleman. Pendampingan dan pelatihan di bidang peternakan ini dalam rangka meningkatkan kapasitas warga binaan Lapas dan menambah aktivitas warga selama menyelesaikan masa hukuman pidananya. Keempat orang mahasiswa yang memberi pendampingan tersebut adalah dua orang mahasiswa dari Fakultas Peternakan yakni Dio Fico Felsidan Diatmono dan Briantoro Imam Sudrajat serta dua orang mahasiswa lainnya dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik yakni Anisya Ratna Komalasari dan Shita Al-Addawiyah Lampart. Dengan dibimbing oleh Dr. Ir. Chusnul Hanim, Msi., IPM.
Dio Fico Felsidan Diatmono mengatakan mereka memberikan pelatihan beternak ayam bahagia yang merupakan ayam petelur dengan Strain Lohman Brown. Pemeliharaan ayam bahagia ini cocok untuk dilaksanakan di lapas kelas IIB Sleman karena dapat memanfaatkan kembali kandang yang terbengkalai di Kampung Asimilasi dengan melakukan sedikit perbaikan dan modifikasi. Dipilihnya Ayam bahagia karena memiliki ketahanan dan kemampuan adaptasi yang baik. Dalam proses beternak ini, ayam dipelihara pada umur pullet 18 minggu dan sudah mulai bertelur pada umur 20 minggu.”Perawatan ayam juga mudah, yaitu cukup dengan rutin memberikan pakan yang telah diformulasikan dengan nutrisi yang baik sebanyak 2 kali sehari dan juga menjaga kebersihan kandang,” kata Dio.
Program yang sudah diinisiasi sejak Juni 2021 lalu, ayam diternakkan dengan konsep umbaran di lahan tertentu yang mengedepankan prinsip animal welfare atau kesejahteraan hewan sehingga ayam dapat mengekspresikan dirinya dan tidak mudah stres. “Menurut kami konsep beternak ayam bahagia lebih efektif dan efisien karena modal awal pemeliharaan yang terjangkau dan telur yang dihasilkan lebih sehat dan memiliki nilai jual yang tinggi,” paparnya.
Seperti diketahui Lapas Kelas IIB Sleman merupakan lembaga penegak hukum yang bekerja di bawah Kementerian Hukum dan HAM DIY dengan memiliki total kapasitas warga binaan sejumlah 225 orang laki-laki dewasa dengan tingkat kejahatan medium. Lapas memberikan pelatihan kemandirian dan peningkatan keterampilan di lahan terbuka milik Lapas atau yang dinamakan Kampung Asimilasi. Beberapa program pelatihan yang diberikan antara lain di bidang jasa, pertanian, manufaktur, dan peternakan. Beberapa program telah berkembang pesat, tetapi mereka masih sering mengalami kegagalan dalam pelatihan bidang peternakan karena kurangnya pemahaman manajemen beternak yang baik dan benar. Salah satunya kandang yang berada di Kampung Asimilasi menjadi terbengkalai dan transfer ilmu pengetahuan di bidang peternakan kepada warga binaan menjadi terhambat.
Pasca pelatihan, menurut Dio, warga binaan sudah dapat beternak secara mandiri. Bahkan, Ayam yang dipelihara telah bertelur dan produktivitasnya terus meningkat. “Produk telur mulai dijual kepada petugas Lapas lainnya dan tamu yang berkunjung. Hasil penjualan telur digunakan untuk memenuhi biaya pakan dan perawatan,” katanya.
Tidak hanya itu, Dio bersama kawan-kawannya juga sedang menghubungkan warga binaan Lapas dengan Plaza Agro Fakultas Peternakan UGM sebagai tempat untuk memasarkan telur. Selain itu, Dio juga memberikan training of trainer kepada petugas Lapas yang telah mengikuti pelatihan ini agar dapat menjadi fasilitator bagi warga binaan lainnya.
Kepala Lapas Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Kabupaten Sleman, Kusnan, S.Sos., S.H., M.H., mengatakan pendampingan yang diberikan oleh tim mahasiswa UGM diharapkan dapat menularkan pengetahuan akan budi daya ayam bahagia baik kepada pembimbing maupun warga binaan serta ke depan diharapkan mahasiswa dapat membuat terobosan baru lagi.
Penulis : Gusti Grehenson