Budi daya tanaman sistem hidroponik merupakan salah satu upaya adaptasi dalam keterbatasan lahan, degradasi kualitas lahan, dan adanya dampak negatif perubahan iklim global. Dua permasalahan utama yang dihadapi sektor pertanian saat ini adalah 70% orang tinggal di perkotaan yang artinya 70% konsumen hasil tani berada di kota sedangkan keseluruhan hasil tani dihasilkan di desa. Sebab, permasalahan tersebut distribusi hasil tani membutuhkan biaya yang tinggi sehingga menyebabkan produk hasil tani tidak kompetitif.
“Jika kondisi ini terus menerus terjadi maka akan memunculkan kendala terkait dengan lahan. Saat ini kondisi lahan bukan semakin membaik tetapi malah mengalami pengurusan,” ujar Eka Tarwaca Susila Putra, Ph.D., Dosen Fakultas Pertanian UGM, dalam Bincang Desa (Bisa) Desa Apps UGM pada Sabtu (13/11).
Dampak dari permasalahan ini bukan hanya terkait harga, namun juga kualitas hasil pertanian akan menurun karena kurangnya zat hara pada lahan, lahan yang tercemar akibat penggunaan pupuk dan pestisida yang berlebih, dapat menjadi pemicu ledakan populasi hama, penyakit, dan gulma, serta dalam kondisi cuaca ekstrem dapat menyebabkan banjir dan kekeringan.
“Sehingga diperlukan solusi baru dalam proses produksi tanaman,” ungkap Eka.
Hidroponik, jelas Eka, masih bersifat sebagai pendamping dan belum dapat menggantikan penggunaan lahan, namun hidroponik dapat menjadi salah satu upaya untuk mendekatkan hasil pertanian ke masyarakat kota. Hidroponik memiliki keunggulan yaitu hemat penggunaan sumber daya dan tidak mencemari lingkungan.
“Dalam hidroponik proses produksi memiliki media selain tanah dapat berupa benda padat dan media cair,” jelas Eka.
Ningrum seorang Praktisi Hidroponik menjelaskan bahwa Keunggulan utama yang dapat menjadi pembeda sistem hidroponik yaitu dapat lebih mudah mengontrol nutrisi bagi tanaman. Ia juga menuturkan hasil tani hidroponik dari segi fisik tidak akan sebaik tanaman lahan, namun ia dapat menjamin kualitas nutrisi hasil tani hidroponik jauh lebih baik karena tidak menggunakan pestisida.
“Sampai saat ini saya belum menemukan kesulitan yang berarti dalam budi daya hidroponik menggunakan hidroponik,” jelasnya.
Ningrum menyayangkan saat ini kesadaran masyarakat terhadap pengolahan lahan sebagai produksi hasil tani mandiri masih cukup rendah. Dengan adanya edukasi terhadap sistem hidroponik diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pengolahan lahan sempit sebagai penghasil hasil tani mandiri khususnya di daerah perkotaan.
Selengkapnya disini.
Penulis: Khansa