• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Jelang La Nina, Waspadai Bencana Banjir dan Tanah Longsor

Jelang La Nina, Waspadai Bencana Banjir dan Tanah Longsor

  • 24 November 2021, 15:20 WIB
  • Oleh: Gusti
  • 8394
Jelang La Nina, Waspada Bencana Banjir dan Tanah Longsor

La Nina adalah fenomena peningkatan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian barat sehingga berdampak terjadi pergerakan massa di kawasan tersebut termasuk Indonesia dan Asia Tenggara dengan membawa banyak uap yang menghasilkan hujan dengan intensitas yang lebih tinggi. Saat ini Indonesia sedang mengalami musum penghujan. Adanya La Nina ditambah musim penghujan justru meningkatkan peluang terjadinya hujan yang cukup tinggi. Menjelang akhir tahun ini, Indonesia diprediksi akan menghadapi La Nina sehingga akan berdampak bagi bencana banjir dan tanah longsor. Oleh karena itu, pemerintah pusat dan daerah serta masyarakat harus waspada akan dampak bencana tersebut.

Pakar Iklim dan Bencana UGM, Dr. Emilya Nurjani, mengatakan dampak yang dirasakan adanya La Nina ini adalah hujan yang cukup tinggi bahkan di beberapa tempat menghasilkan hujan ekstrem di atas 100 mm/hari sehingga dapat menimbulkan beberapa bencana antara lain banjir, longsor yang biasa disebut sebagai bencana Hidrometeorologis.

Meski La Nina merupakan fenomena iklim dengan siklus tahunan per 2, 3, 5, 7 tahunan sekali. Menurutnya, bukan hanya La Nina saja, bila ada siklon, maka potensi curah hujan yang turun di wilayah Indonesia akan tinggi dan berisiko menciptakan bencana. “Siklon juga menambah bencana gelombang tinggi di pesisir dan gelombang badai,” ujarnya, Rabu (24/11).

Ia menyebutkan diperkirakan hampir semua wilayah indonesia terkena dampak La Nina, namun dengan tingkat risikonya tidak sama. Bila terjadi siklon maka mempunyai potensi dampak hingga wilayah 500 km dari pusat siklon dan karena siklon terbentuk di lautan, dampak langsung memang bagi wilayah pesisir. “Wilayah lain yang masih terpengaruh oleh jarak dari pusat siklon juga akan terpengaruh,” katanya.

Untuk wilayah-wilayah yang rawan memiliki potensi banjir dan longsor menurutnya seharusnya sudah melakukan mitigasi saat BMKG mulai mengeluarkan prediksi. Setiap ada curah hujan lebat, penduduk sudah harus melakukan evakuasi ke tempat yang aman yang sudah disediakan oleh pemerintah setempat. “Perlu ada ronda malam untuk antisipasi banjir dan longsor sehingga cepat diketahui. Tetapi kalau di wilayah tersebut sudah ada alat alarm bencana longsor maka diikuti saja bunyi sirine bencananya,” katanya.

Menanggapi kebijakan pemerintah melalui Kementerian PUPR yang akan mengosongkan ratusan waduk dan bendungan untuk menampung hujan yang datang saat La Nina dengan cara mengurangi volume air, menurutnya tidak begitu efektif sebab kondisi banyak waduk dan bendungan sekarang ini posisi ketinggian airnya sudah di titik terendah kecuali waduk-waduk besar.

“Apalagi yang mau dibuang? Kalau prinsip saya, volume waduk tidak dibuang semua, tetapi dikurangi per kejadian hujan. Jadi, dihitung volume angka aman yang harus dipertahankan. Begitu hujan tinggi maka pintu waduk dibuka dan volume dikurangi sedikit demi sedikit menyesuaikan hujan yang masuk,” paparnya.

Penulis : Gusti Grehenson

Foto     : Freepik

Berita Terkait

  • PSBA UGM: Pemda Perlu Waspadai Bencana Hidrometeorologi

    Wednesday,19 October 2022 - 14:57
  • UGM-KAGAMA Bangun Hunian Tetap Korban Banjir dan Longsor di Pacitan

    Wednesday,07 February 2018 - 13:09
  • Pakar Iklim: Waspadai Curah Hujan Tinggi

    Monday,12 October 2020 - 11:10
  • Inovasi EWS Tanah Longsor dan Alat Pembelajaran Geosains Karya Mahasiswa UGM

    Friday,17 June 2016 - 12:50
  • Peneliti UGM: Longsor dan Banjir Bandang Masih Mengancam Manado

    Monday,20 January 2014 - 15:15

Rilis Berita

  • Pakar UGM: Kemiskinan Seringkali Jadi Ajang Komoditas 31 January 2023
    Daerah Istimewa Yogyakarta ditetapkan sebagai provinsi termiskin di Pulau Jawa berdasarkan hasil
    Gusti
  • Pengamat UGM: Jangan Melihat Masyarakat Desa seperti 30-50 Tahun yang Lalu 31 January 2023
    Menuju pemilihan umum 2024, berbagai kampanye politik gencar dilakukan sejak tahun lalu
    Satria
  • FKKMK dan ANU Indonesia Project Meluncurkan Buku In Sickness and in Health: Diagnosing Indonesia 31 January 2023
    Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FK-KMK UGM) da
    Agung
  • UGM Ajak Perguruan Tinggi Daerah Berkolaborasi Dukung Pembangunan Smart City di IKN 31 January 2023
    Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, Fakultas Teknik, Universitas G
    Gloria
  • Fenomena Perpajakan di Indonesia: Sentimen terhadap Pajak Positif tapi Kepatuhan Membayar Pajak Rendah 30 January 2023
    Mahasiswa Program Doktor Ilmu Psikologi UGM, Ika Rahma Susilawati, menulis disertasi berjudul &ld
    Gloria

Agenda

  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual