Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan Forum Riset Industri (FRI) secara daring, Kamis (25/11). FRI merupakan sebuah forum yang mempertemukan para peneliti UGM dengan mitra industri, mitra dalam dan luar negeri, pemerintah di tingkat pusat maupun pemerintah daerah.
Pertemuan FRI pada tahun 2021 mengambil tema “Mewujudkan Kemandirian Industri Farmasi dan Teknologi Kesehatan” dalam rangka menjawab tantangan yang harus dihadapi di bidang kesehatan dalam arti luas di masa depan untuk terjaminnya kesejahteraan dan kedaulatan nasional.
“Kita merasakan betapa besarnya kebergantungan kita terhadap negara lain dalam mengatasi pandemi, terutama penyediaan vaksin, obat-obatan, dan alat kesehatan,” ucap Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., IPU, ASEAN Eng.
Tema ini, terang Rektor, relevan dengan kondisi saat ini di mana kebutuhan teknologi kesehatan dan obat di Indonesia sebagian besar masih harus dipenuhi dari produk impor. Karena itu, diperlukan upaya-upaya dalam mengurangi ketergantungan impor dengan mengembangkan industri bahan baku, obat dan teknologi kesehatan dalam negeri untuk meningkatkan ketersediaan obat dan alat kesehatan dalam negeri.
Di bidang kesehatan, Indonesia merupakan salah satu negara yang dikategorikan sebagai technology adopter yaitu negara yang sangat mengandalkan dan menggantungkan teknologi kesehatannya termasuk obat pada negara maju. Di bidang obat, misalnya, 96% bahan baku obat diimpor dari negara lain.
Senat Akademik UGM pada tahun 2021 telah menyetujui berdirinya pusat studi baru di UGM, yaitu Pusat Studi Industri Farmasi dan Teknologi Kesehatan sebagai penguatan kelembagaan Gugus Tugas Kemandirian Industri Farmasi dan Alat Kesehatan UGM.
Pusat studi ini didirikan dalam rangka mewujudkan kemandirian dan keberlanjutan industri farmasi dan teknologi kesehatan sebagai pusat sinergi di antara pemangku kebijakan dan pemangku kepentingan, juga sejumlah institusi yang berperan penting dalam pengembangan dan penghiliran industri farmasi dan teknologi kesehatan.
“Pusat studi ini juga menyusun kajian-kajian ilmiah untuk mendukung penguatan kebijakan dan implementasi berbagai kebijakan,” imbuh Rektor.
Ia menerangkan, kendala hilirisasi hasil riset dan inovasi perguruan tinggi sering kali disebabkan oleh belum kuatnya sinergi antara perguruan tinggi dan industri.
Karena itu, sejak tahun 2009 UGM secara rutin menyelenggarakan FRI untuk mempertemukan para peneliti di UGM dengan mitra industri sesuai bidangnya dengan maksud untuk mensinergikan tema-tema dan program-program riset yang dapat dihilirkan dan bermanfaat bagi masyarakat.
Pada forum ini, Rektor UGM menandatangani nota kesepahaman antara UGM dengan PT Cheil Jedang Indonesia serta nota kesepahaman antara UGM dengan PT Tristem Medika Indonesia.
“Dengan sinergi yang kuat antara perguruan tinggi dengan berbagai pihak, termasuk industri, dapat mempercepat penerapan dan pemanfaatan hasil-hasil riset dan inovasi yang dilakukan oleh para peneliti dan inventor di perguruan tinggi,” terangnya.
Penulis: Gloria