Salah satu kekayaan yang dimiliki oleh Indonesia adalah kekayaan budaya, geografi, hingga keberagaman. Keberagaman dan toleransi merupakan topik yang kerap disuarakan sebagai upaya untuk mencapai Indonesia dengan masyarakat multikultural yang damai. Prof. Faturochman, M.A, Dosen Psikologi UGM, menjelaskan keberagaman ini merupakan tantangan tersendiri bagi Indonesia.
“Kearifan lokal dan berbagai pengalaman akan menjadi sumber daya yang dapat dipelajari untuk mengelola harmoni dan kesatuan psikologis sosial,” ungkap Fathur dalam Webinar Internasional CICP Fakultas Psikologi UGM “Challenges of Living in a Diverse Society” pada Jumat (12/11).
Keberagaman jika direspons dengan toleransi akan menciptakan harmoni positif, namun sebaliknya jika masyarakat tidak memiliki respons berupa toleransi maka keberagaman justru dapat menjadi sumber konflik. Dr. Muhammad Najib Azca, Dosen FISIPOL UGM, menjelaskan kaitan keragaman yang dimiliki oleh Indonesia dengan pembelajaran resolusi konflik.
“A Framework for Conflict Analysis dapat terdiri dari profil, aktor, penyebab, dan dinamika yang terjadi pada suatu konflik,” jelas Najib.
Dari analisis ini kita dapat memahami penyelesaian sebuah konflik berdasarkan pemahaman komprehensif. Selain itu, Najib juga menjelaskan bahwa mediasi dan negosiasi merupakan mekanisme penting dalam penyelesaian konflik.
Rogelia Pe-Pua., Ph.D dari School of Social Sciences University of New South Wales yang juga sebagai pembicara mengatakan kita dapat melihat praktik masyarakat multikultural dari Australia yang memiliki masyarakat multikulturalisme paling sukses di dunia.
Ia menyebutkan untuk menciptakan masyarakat multikultural yang damai diperlukan adanya promosi mengenai kesadaran pengetahuan, pengakuan budaya, perbedaan, serta keragaman yang ada, menciptakan kontak antar budaya positif juga dapat mengatasi rasisme dan diskriminasi, dan melibatkan media dalam meningkatkan kohesi sosial.
Disamping itu, peranan perguruan tinggi dalam menciptakan masyarakat multikultural yang damai adalah dengan terus melakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan timbal balik antar budaya, media sosial, dan kohesi sosial sehingga dapat memberikan gambaran yang sesungguhnya mengenai multikultiralisme di masyarakat.
Penulis: Khansa