Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, menegaskan dirinya siap masuk partai politik tahun depan untuk menegaskan posisinya ikut dalam ajang pilpres 2024 atau ikut pemilihan Gubernur Jawa Barat untuk periode keduanya. Meski tidak menyebutkan partai yang akan dipilih, namun RK, demikian ia akrab disapa menyatakan bahwa partai yang memiliki citra Pancasilais.
“Saya tahu diri, kalau nggak diterima atau tidak ada partai mengusung, paling realistis, ya menu politik saya, melanjutkan menu (pilkada) Gubernur jilid dua. Tapi tahun depan saya akan masuk parpol. Saya belum tahu. Yang pasti (partai) paling Pancasilais, saya di situ,” kata Ridwan Kamil saat menjadi narasumber dalam diskusi Fisipol Leadership Forum: Road to 2024, di Kampus Fisipol UGM, Kamis (2/12).
Calon partai yang akan dipilih diakuinya adalah partai yang memiliki citra yang kuat ke ideologi Pancasila sebagai bentuk politik jalan tengah agar ia bisa diterima oleh warga masyarakat. “Politik jalan tengah yang saya pilih. Bagi saya jalan tengah itu kebutuhan kita pada hari ini untuk merangkul agar tidak terlalu ke kanan dan ke kiri. Meski dianggap tidak jelas,” paparnya.
Soal peluangnya untuk dicalonkan atau tidak, Ridwan mengaku ia hanya menunggu karena yang memiliki legitimasi untuk bisa mencalonkannya dari partai politik. “Saya tunggu pintunya dibuka karena yang punya kuncinya kan ada di partai politik,” katanya.
Dalam diskusi yang berlangsung secara luring dan daring di ruang seminar Fisipol UGM ini, Ridwan Kamil menyampaikan berbagai prestasi yang telah dicapai oleh provinsi Jawa Barat hingga saat ini. Salah satunya tahun ini berhasil meningkatkan realisasi jumlah investasi yang masuk ke Jawa Barat menjadi tertinggi di Indonesia yakni sebesar Rp107 triliun untuk periode Januari hingga September 2021. Tingginya jumlah dana investasi yang masuk ini menurut Emil tidak lepas dari dirinya sebagai Gubernur yang harus proaktif untuk mempromosikan Jawa Barat ke banyak negara.
“Rezeki itu harus dijemput bukan ditunggu. Ibarat jaga warung, jika hanya menunggu pelanggan datang maka ekonomi tidak jalan. Kami melakukan politik ketok pintu. Bayangkan saya sepedaan dan motoran dengan banyak dubes, sampai tukaran batik dengan Dubes Korea,” katanya.
Menurutnya ia harus keliling dunia untuk menawarkan peluang investasi dengan membawa buku khusus soal project investasi berikut dengan harga yang ditawarkan dalam setiap project tersebut. “Itulah kenapa investasi Jawa Barat jadi nomor satu karena kita ketok pintu. Saya selalu bawa buku “menu”. Misalnya buka halaman enam, ada proyek energi, ada proyek rumah sakit dan ini harganya. Proaktif dan ketok pintu. Rezeki harus dijemput, cuma sistemnya belum mendukung,” jelasnya.
Soal sistem yang belum mendukung tersebut, RK memberi penjelasan bahwa selama ini banyak kebijakan menunggu arahan dari pemerintah pusat soal kerja sama investasi dari negara lain. Menurutnya, peluang kerja sama tersebut bisa dilakukan dari daerah sendiri dengan proaktif. Padahal, Provinsi Jawa Barat sendiri tidak memiliki SDM yang memiliki kualifikasi di bidang hubungan internasional. Menurutnya, tenaga profesional di bidang tersebut menjadi tren saat ini dalam menjalin kerja sama internasional. “Saya pernah bilang ke Bu Menlu, tolong kami dikasih diplomat, pegawai kemenlu tapi ngantornya ke gedung sate. Tapi tidak diiyakan. Akhirnya saya harus keliling dunia,” pungkasnya.
Penulis : Gusti Grehenson