Budi daya domba termasuk ke dalam budi daya ternak kecil yang membutuhkan modal untuk usaha komersial yang relatif lebih rendah dibandingkan ternak besar. Di samping itu, saat ini kebutuhan pangan daging domba dapat dikatakan belum terpenuhi.
“Saat ini di Yogyakarta walaupun domba bukan makanan pokok, kebutuhan daging domba masih kekurangan sehingga memiliki peluang yang cukup tinggi,” jelas Panjono, S.Pt., M.P., Ph.D, Dosen Fakultas Peternakan UGM, dalam Bincang Desa oleh Desa Apps UGM pada Sabtu (4/12).
Proses budi daya terdiri dari 3 tahap yaitu pembiakan yaitu menghasilkan cempe lepas sapih, pembesaran yaitu pemeliharaan cempe sekitar 6 bulan, dan tahap akhir 6-8 bulan domba siap konsumsi sebelum bau khasnya muncul.
Panjono selaku akademisi menjelaskan bahwa kinerja dari budi daya domba komersial dapat diukur dari beberapa aspek yaitu interval kelahiran, litter size, mortalitas pra sapih, tingkat reproduksi, bobot sapih, dan produktivitas induk. Kemudian pada tahap penggemukan kinerja budi daya dapat diukur menggunakan aspek konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, konversi pakan, persentase karkas, dan kualitas daging.
“Agar kinerja budi daya baik yang pertama pemilihan bibit / bakalan harus bagus, tata laksana pemeliharaan harus baik, dan adanya interaksi domba terhadap pola pemeliharaan,” terang Panjono.
Vita Krisnadewi, S.Pt., M.Sc., Owner Sinatria Farm, sebagai pelaku bisnis ternak domba modern menjelaskan juga membenarkan saat ini kebutuhan daging domba masih masih belum sepenuhnya terpenuhi.
“Pada dasarnya domba adalah peternakan rakyat yang mudah untuk dilakukan yaitu dengan selalu memastikan tidak sehat, selalu menjaga kebersihan, keamanan, dan kenyamanan kandang bagi ternak, dan pemberian pakan yang cukup baik dari segi kualitas dan kuantitasnya,” ungkap Vita.
Di Sinatria Farm, jelas Vita, saat ini menggunakan prinsip kandang sistem terkoleksi yaitu memisahkan urine dan feses domba yang bertujuan untuk mengondisikan bau feses. Selain itu, aplikasi data terintegrasi juga digunakan untuk mempermudah pemantauan ternak.
“Dengan adanya sistem kandang terkoleksi kandang dan lingkungan menjadi nyaman dan bebas bau, mudah membersihkan dan pemanenan kohe, ternak lebih sehat dan mudah dalam pengamatan, serta dapat menjual pupuk setiap hari,” pungkas Vita.
Vita juga turut mengajak para pemuda untuk ikut berkontribusi ke sektor peternakan mengingat saat ini permintaan ternak naik dan baik namun tidak mampu direspons dengan suplai yang cukup oleh para peternak tradisional.
Selengkapnya disini.
Penulis: Khansa