Dosen jurnalisme dari Departemen Ilmu Komunikasi UGM, Dr. Ana Nadhya Abrar, M.E.S., mengimbau para wartawan untuk senantiasa mengingat tujuan utama dari jurnalisme, yakni untuk memanusiakan manusia. Abrar mengatakan sedikit banyaknya idealisme seorang wartawan tersebut, wartawan minimal harus bisa meningkatkan intelektualitas masyarakat. Dalam tugas-tugas seorang wartawan, seperti mengumpulkan, mengelola informasi, serta menyampaikannya kepada masyarakat seharusnya berdasar tujuan untuk meningkatkan intelektualitas masyarakat.
“Oleh karena itu, kerja wartawan sebenarnya adalah kerja pikir, mereka sedikit banyaknya membawa misi intelektualitas. Kalaupun sebelumnya sewaktu mencari berita dikategorikan sebagai kerja fisik, tapi setelah itu pasti kerja pikir, (yakni) ketika mengumpulkan fakta, memilah fakta, memberikan framing, kemudian mengedit itu kerja pikir,” tutur Dr. Abrar dalam seminar hasil penelitian dosen-dosen Departemen Ilmu Komunikasi UGM yang disiarkan melalui kanal Youtube Departemen Ilmu Komunikasi UGM pada Kamis, (9/12).
Akan tetapi, hasil penelitian yang dilakukan Dr. Abrar kepada media lokal di Yogyakarta menunjukkan fakta sebaliknya, atau dimana sudah mulai tidak mengindahkan prinsip dasar tersebut.
Ia mengungkapkan nama posisi content creator tersebut hanya ada dalam perusahaan itu sendiri, sebab ketika dibawa keluar perusahaan, seseorang yang bekerja sebagai content creator tersebut turut digolongkan sebagai wartawan.
Content creator tersebut dilihat Dr. Abrar, sejauh ini, tidak menghasilkan berita yang bertujuan untuk meningkatkan intelektual masyarakat. Content creator dilihat Dr. Abrar tidak menghasilkan berita atau artikel sebagaimana mestinya, tapi malah menghasilkan artikel-artikel tentang zodiak atau ramalan, film atau sinetron yang akan ditayangkan di televisi, dan lain sebagainya.
Kemudian, berita atau artikel yang dihasilkan juga tidak mementingkan persoalan apakah berita atau artikel tersebut penting bagi masyarakat atau tidak. Tetapi, orientasi produksi artikelnya malah tergantung apakah artikel tersebut menarik atau tidak. Tampak produksi-produksi yang dilakukan oleh para content creator tersebut lebih ditujukan untuk meningkatkan kunjungan kepada laman media pers tersebut. Sebab, dengan semakin banyak kunjungan kepada laman media, semakin banyak iklan dapat ditampilkan, maka semakin banyak punya perusahaan pers mendapatkan keuntungan.
“Jadi, apapun kerja content creator itu, itu bermanfaat untuk medianya tapi tidak untuk khalayak (masyarakat),” pungkas Dr. Abrar.
Abrar mengatakan sebenarnya juga tidak salah bagi perusahaan pers untuk mencari keuntungan, sebuah hal yang naif pula ketika perusahaan pers untuk tidak mencari keuntungan. Namun, perusahaan pers tersebut juga harus mengingat diri mereka sebagai lembaga sosial, dimana bekerja untuk meningkatkan intelektualitas masyarakat .
Pada acara itu, Abrar juga menuturkan adanya tiga tanda terjadinya sebuah krisis jurnalisme. Pertama adalah masyarakat ragu dengan profesionalisme wartawan. Kedua otonomi jurnalisme berkurang, dimana telah dimasuki berbagai macam kepentingan. Serta yang ketiga kredibilitas berita yang dihasilkan menurun.
Penulis: Aji