Indonesia merupakan negara dengan angka perokok remaja tertinggi di dunia. Sejak tahun 2013 prevalensi merokok pada remaja berusia 10-18 tahun terus meningkat yaitu dari 7,2% menjadi 9,1%.
Proporsi perokok saat ini pada penduduk berusia di atas sepuluh tahun lebih banyak terjadi di pedesaan dibandingkan dengan di perkotaan dengan persentase 30,3% dan 27,6%. Remaja berusia 10-19 tahun di pedesaan yang merokok tiap hari sebesar 59,7%.
Mahasiswa Program Doktor Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM, Heni Trisnowati, mengembangkan model pemberdayaan remaja dalam program pencegahan perilaku merokok pada setting masyarakat perdesaan dengan nama JayaStar.
Penelitian dilakukan terhadap kelompok remaja yang berusia 17-25 tahun di Desa Pleret dan Desa Wonolelo, Kabupaten Bantul.
“Pengembangan strategi pemberdayaan remaja dalam program pencegahan perilaku merokok dilakukan dengan cara membuat daftar program aktivasi untuk meningkatkan domain pemberdayaan,” papar Heni pada Ujian Terbuka Program Doktor, Kamis (16/12).
Pemberdayaan remaja, terangnya, menekankan adanya partisipasi remaja selama proses penelitian, sehingga diperlukan hubungan yang baik antara remaja dengan peneliti dan hubungan yang baik antara peneliti dengan masyarakat secara umum.
Determinan proses pemberdayaan remaja salah satunya adalah predisposing remaja yang mencakup motivasi bergabung di organisasi, lama bergabung di organisasi, pengalaman keterlibatan pada program pencegahan merokok, significant others, dan lingkungan merokok.
Sementara determinan struktur kelompok mencakup ada tidaknya insentif atau reward, proses pengambilan keputusan, hubungan dengan kelompok dewasa, peluang terlibat, ketersediaan sumber daya, dan dukungan.
Selain itu, terdapat pula determinan iklim kelompok yaitu ketahanan kelompok, kekompakan kelompok, efikasi kolektif, dan efikasi outcome.
“Ketiga faktor tersebut mempunyai peran penting terhadap keberhasilan proses pemberdayaan remaja dalam program pencegahan dan pengendalian merokok,” kata Heni.
Implementasi pemberdayaan merupakan pelaksanaan dari program aktivasi yang telah disepakati, di antaranya meliputi outbound dan pelatihan calon relawan, pelatihan terkait dampak rokok ataupun vapor terhadap kehidupan remaja, serta diskusi dan praktik membuat video kampanye kesehatan.
Heni menuturkan, inisiasi program pemberdayaan remaja untuk pencegahan dan pengendalian perilaku merokok berbasis masyarakat di wilayah perdesaan berhasil dilakukan.
Indikator keberhasilan pemberdayaan dapat dilihat dari sembilan domain pemberdayaan dan program yang terbukti menghasilkan output perubahan individu dan kelompok. Replikasi program pemberdayaan serupa di tempat lain, menurutnya, sangat memungkinkan dengan mempertimbangkan kesamaan karakteristik sasaran.
Penulis: Gloria