R. J. Katamsi pada masanya sangat dikenal di kalangan seniman dan akademisi seni, khususnya senirupawan (perupa). Dalam diri Katamsi melekat sebutan demikian, bukan lantaran jumlah karyanya, tetapi lebih sebagai seorang pendidik bidang seni rupa.
Banyak sumbangan yang telah ia berikan untuk dunia pendidikan. Untuk mengingatnya kembali, Universitas Gadjah Mada, Sabtu (29/3) di Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasumantri menggelar acara “Mengenang R.J. Katamsiâ€.
Selain diisi pameran sebagian karya-karya R.J Katamsi, “Mengenag R.J Katamsi†diwarnai pula acara lelang Reproduksi Lukisan Karyanya, serta penjualan Karya Perupa Peduli Perawatan Ibu Katamsi.
Pameran dan penjualan lukisan para perupa murid-murid R.J. Katamsi tersebut akan dikoordinir seniman Godot Sutedjo. Tidak hanya berhenti sampai disitu, dengan mengundang lebih banyak perupa pada pertengahan bulan April 2008 mendatang akan digelar karya-karya lukisan di Jogja National Museum.
Menurut Drs. Djoko Dwiyanto, M.Hum, seorang R.J Katamsi adalah seniman sekaligus pendidik di bidang seni rupa. Almarhum Katamsi tercatat pernah ikut andil dalam pendirian Fakultas Sastra (FIB) UGM.
Selain itu, dirinya dikenal sebagai pendiri sekaligus pernah menjadi Direktur pertama Akademi Seni Rupa Indonesia “ASRI†Ygyakarta sampai tahun 1958. R.J Katamsi berperan pula dalam pendirian Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 3 Yogyakarta (dahulu AMS-B Yogyakarta) sekaligus menjadi Kepala Sekolah pertama di sekolah itu.
“R.J Katamsi secara aktif mengajar di beberapa lembaga pendidikan, selain di SMA Negeri 3 (sejak AMS-B), juga mengajar aktif di ASRI Yogyakarta, Fakultas Sastra UGM, dan di IKIP Yogyakarta (dh. Universitas Negeri Yogyakarta) hingga berusia 78 tahun. Pada tahun 1971 mencapai puncak kariernya sebagai pengajar/pendidik dalam bidang Sejarah Seni Rupa, karena ia mendapatkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dalam jabatan sederajat/setingkat dengan Goeroe Besar,†ujar Djoko Dwiyanto, Jum’at (28/3) di Kampus UGM.
Di dalam bidang karya seni, khususnya seni rupa, jumlah karyanya memang tidak terlalu banyak, dan pada umumnya berupa drawing, sketsa, dan gambar satu warna dengan pensil gambar atau pastel di atas media kertas. “Namun demikian salah satu karya monumentalnya adalah lukisan LOGO Universitas Gadjah Mada yang digunakan secara resmi hingga sekarang. Atas jasa-jasanya itu R.J. Katamsi pun telah menerima berbagai penghargaan seni dari pemerintah maupun swasta,†tambah Djoko.
Setelah berlalu lebih dari 30 tahun sejak wafatnya, UGM dan para kolega, murid, dan pecinta karya-karyanya secara spontan ingin mengenangnya kembali. Momentum ini, merupakan penghargaan khusus yang diberikan kepada perintis pendidikan seni di Indonesia.
Penyelenggaraan “Mengenang R.J Katamsiâ€, kata Djoko, dipicu pula oleh keprihatinan dan kepedulian terhadap keluarga yang ditinggalkan. Ibu Roesilah Katamsi Rr., isteri R.J Katamsi yang beberapa waktu lalu menderita sakit dan dirawat inap lebih dari tiga minggu di Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta.
“Para seniman generasi pertama Akademi Seni Rupa Indonesia “ASRI†Yogyakarta merasa terpanggil untuk ikut berpartispasi dalam upaya penyembuhan Ibu Katamsi. Secara spontan gayung bersambut, niat baik para seniman generasi penerus ini, juga mendapat dukungan penuh dari KPH. Wironegoro, Direktur Jogja National Museum,†tandas Djoko Dwiyanto. (Humas UGM)