Target eksplorasi emas di Indonesia saat ini telah berfokus pada sabuk metamorf dimana proses pengayaan primer mineralisasi logam mulia di Indonesia mulai ditemukan. Eksplorasi tipe endapan emas ini berhubungan dengan ketiadaan batuan plutonik atau busur magmatik/vulkanik meskipun asal sumber biji dan fluida dikaitkan dengan adanya magmatisme atau proses vulkanisme.
Hal inilah yang membuat Herfien Samalehu tertarik meneliti tentang adanya proses pengayaan emas dalam bantuan metamorf yang ada di Pulau seram. Penelitiannya ini mengambil lokasi di daerah Iha – Luhu dan Tamilouw- Haya yang berlokasi di lengan Barat dan selatan Pulau Seram. Secara geologi, kedua lokasi ini mewakili batuan metamof Kompleks Taunusa dan Kompleks Tehoru yang tersebar di Pulau Seram.
“Tujuan penelitian ini untuk mengkaji kontrol geologi mineralisasi hidrotermal, karakteristik mineralisasi bijih, geokimia dan alterasi hidrotermal, karakteristik fluida hidrotermal serta model genetik endapan cinnabar dan emas di Iha – Luhu dan Tamilouw – Haya,” papar Herfien Samalehu.
Pada sidang tertutup di Fakultas Geologi 8 Oktober silam Herfien menjelaskan penelitiannya dilakukan dengan kegiatan investigasi di lapangan (fieldwork) untuk pengambilan sampel, pemetaan geologi, alterasi dan mineralisasi serta dilanjutkan dengan analisis laboratorium yang meliputi petrografi, sayatan poles, geokimia bijih, geokimia batuan, kimia mineral dan elemental mapping, analisis jenis lempung serta inklusi fluida.
“Endapan emas dan logam dasar di Tamilouw – Haya diidentifikasi dengan adanya mineralisasi pirit, kalkopirit, emas, sfalerit, galena, pirhotit, tetrahedrit-tenantit, markasit, arsenopirit, cinnabar, kalininit serta realgar,” urai Ketua Pengurus Daerah (Pengda) Ikatan Ahli Geologi Indonesia 2020 – 2023 Provinsi Maluku itu.
Dalam penelitiannya, Herfien menemukan mineralisasi di Bukit tembaga, Iha – Luhu terdiri dari cinnabar (±metacinnabar), arsenopirit, stibnit, sfalerit, hematit, minor pirit±pirhotit dengan gangue terdiri dari kuarsa, illit, smektit dan kaolinit. Ia juga mengungkapkan bahwa bijih cinnabar mengandung kelimpahan Zn, Sb, Fe, As, menunjukan kehadiran logam mulia (Au) serta kandungan merkuri (Hg) sangat tinggi mencapai 72,4%. Dari analisis inklusi fluida menunjukan bahwa pembentukan cinnabar di Bukit Tembaga antara 261-336o C dengan salinitas berkisar 0,70-4,65 wt.% NaCl.eq. Disisi lain, endapan Tamilouw – Haya dicirikan dengan 3 jenis urat kuarsa/kuarsa±karbonat sebagai pembawa bijih (Ore – bearing fluids) yang sejajar dan memotong perlapisan batuan metamorf.
“Peneltian ini sebagai tonggak awal penemuan emas dalam batuan metamorf di pulau Seram yang nantinya perlu dikembangkan dengan penelitian berkelanjutan yang lebih detail. Dengan penelitian ini dapat menjadi investasi masa depan yang nantinya dapat meningkatkan pendapatan Asli Daerah di Maluku,” tuturnya.
Penulis: Satria