Fenomena Spirit Doll yang saat ini marak diperbincangkan di media sosial menurut Dr. Sindung Tjahyadi, Dosen Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada, bukanlah hal yang baru.
“Terkait dengan doll dan segala bentuknya, sudah memiliki sejarah panjang dalam peradaban manusia sejak zaman Firaun, mesir, dan sebagainya. Masyarakat kita juga sudah tidak asing dengan tradisi spirit doll ini,” ujar Sindung pada Minggu, (9/1).
Menurut Sindung, spirit doll dikategorikan menjadi dua, yaitu untuk healing supaya sehat dan baik, dan untuk kebutuhan yang tidak baik, misalnya santet.
Namun, menurutnya fenomena spirit doll yang muncul saat ini baik dari segi wujud, makna dan fungsi sudah bergeser dari yang dulu sehingga muncul pertanyaan apakah pergeseran ini merupakan sesuatu yang alamiah atau dikontruksi secara sengaja.
“Ketika kemudian muncul spirit doll ini, sebenarnya juga dari segi pemahaman perlu diluruskan, karena dalam pengetahuan saya, spirit doll semacam sarana manusia untuk berkomunikasi dengan yang lain. Yang lain itu bisa kuasa yang lebih tinggi, kemudian orang lain bisa juga terkait dengan refleksi dalam arti berkomunikasi dengan dirinya sendiri,” papar Sindung.
Fenomena lain yang menarik dari spirit doll adalah harganya yang sangat mahal dan manusia memperhatikannya secara berlebihan seperti menggunakan baby sitter.
“Untuk fenomena membeli spirit doll yang sangat mahal itu merupakan fenomena yang harus dibaca dengan cara lain. Artis yang mempunyai spirit doll kemudian dihujat oleh netizen adalah risiko yang harus diterima, demi sesuatu dan konten, dianggap bisa viral. Padahal, itu sudah bergeser dari wujud, makna dan fungsi spirit doll yang sebelumnya,” ucap Sindung.
Penulis: Desy