Setelah 72 tahun berdiri, Universitas Gadjah Mada (UGM) telah meluluskan lebih dari 334 ribu mahasiswa, baik program diploma, sarjana, pascasarjana, spesialis, doktor, sub spesialis, maupun profesi. Tidak hanya berkiprah di Indonesia tentunya, alumni-alumni UGM tersebut juga ada yang berkiprah di luar negeri (Internasional). Memang, mahasiswa-mahasiswa UGM tidak hanya berasal dari dalam negeri saja, namun juga berasal dari luar negeri. Seperti halnya di negara China atau Republik Rakyat Tiongkok. Para alumni UGM disana tergabung dalam ikatan KAGAMA Tiongkok.
Selasa (17/1), UGM bersama KAGAMA Pusat menggelar kegiatan temu para alumni UGM yang berada di Tiongkok secara daring melalui Zoom Meeting Room. Kegiatan tersebut dihadiri oleh Duta Besar Indonesia untuk Republik Rakyat Tiongkok, H.E. Mr. Djauhari Oratmangun, Rektor UGM, Prof. Panut Mulyono, Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Alumni, Prof. Dr. Paripurna, Ketua KAGAMA Pusat, Ganjar Pranowo, Ketua KAGAMA Tiongkok, Hendy Yuniarto, para alumni UGM di Tiongkok, dan lain sebagainya.
Ketua KAGAMA Tiongkok, Hendy Yuniarto, menuturkan saat ini KAGAMA Tiongkok memiliki lebih kurang 70 anggota. Hampir 50% anggota merupakan warga Tiongkok asli, dan lebih dari 40% anggota merupakan akademisi. Para anggota kemudian tersebar di berbagai provinsi di Tiongkok.
Hendy mengatakan bahwa KAGAMA Tiongkok memiliki potensi berupa SDM yang menguasai bahasa mandarin, telah memahami perbedaan kebudayaan Indonesia dan Tiongkok, serta telah terbiasa berkomunikasi diantara dua masyarakat beda negara.
“Kami bisa menerima konsultasi baik itu untuk kerja sama penelitian, kerja sama antar universitas, beasiswa, lowongan pekerjaan, dan sebagainya,” tutur Hendy.
KAGAMA Tiongkok pun berpotensi mengadakan webinar seputar ilmu budaya, hubungan internasional, perkembangan diplomasi antara Indonesia dan Tiongkok, dan disiplin ilmu lainnya.
“Kami berharap KAGAMA Tiongkok ini dapat berkontribusi dengan baik kepada UGM sebagai universitas kebanggaan kami. Kami juga berharap bisa berkontribusi kepada masyarakat Indonesia maupun Tiongkok: saling bekerja sama, saling memahami, dan menciptakan suasana damai diantara kedua masyarakat,” tambah Hendy.
Disamping itu, Duta Besar Indonesia untuk Republik Rakyat Tiongkok, H.E. Mr. Djauhari Oratmangun, melaporkan bahwa hubungan Indonesia dan Tiongkok tengah berlangsung dengan sangat baik. Dalam hal perdagangan misalnya, volume perdagangan Indonesia pada periode bulan Januari-November kemaren sudah menembus angkat 110 miliar US Dollar. Ekspor Indonesia ke Cina mengalami kenaikan nyaris hampir 70% selama periode pandemi Covid-19. H.E. Mr. Djauhari Oratmangun berharap KAGAMA Tiongkok dapat membantu akselerasi kerja sama antara Indonesia dan Tiongkok.
“Saya harap kita bisa saling berkoordinasi dan membahas program yang bisa berkontribusi kepada kemajuan Universitas Gadjah Mada, dan juga tentunya (kepada) akselerasi pembangunan di Indonesia,” harap H.E. Mr. Djauhari Oratmangun.
Rektor UGM, Prof. Panut Mulyono, turut berharap hubungan para alumni UGM di Tiongkok dapat semakin erat dan dapat berkontribusi untuk kemajuan UGM. KAGAMA Tiongkok diharapkan dapat mendorong kerja sama antara UGM dengan berbagai universitas di Tiongkok.
“Besar harapan kami bahwa hubungan antar Indonesia dan Tiongkok dapat terus membaik, dan hubungan antar UGM dengan berbagai institusi dan universitas di Tiongkok dapat semakin banyak dan erat untuk memberikan kontribusi yang lebih banyak kepada masing-masing negara. Mudah-mudahan usaha kita ini dapat membuahkan hasil yang baik,” pungkas Prof. Panut.
KAGAMA Tiongkok hanya satu dari banyak ikatan KAGAMA yang tersebar di dunia internasional. Selain KAGAMA TIongkok, juga terdapat KAGAMA Belanda, KAGAMA Jepang, KAGAMA Australia, KAGAMA Arab Saudi, KAGAMA Jerman, KAGAMA Amerika Serikat, dan lain sebagainya. Silahkan kunjungi kagama.id untuk mengetahui kiprah KAGAMA dan para alumni UGM, baik di Indonesia maupun di luar negeri.
Penulis: Aji