Delapan guru besar baru diperkenalkan dalam Rapat Pleno Majelis Guru Besar (MGB) UGM, Jum’at (28/3) di ruang Balai Senat. Bersamaan dengan itu, dilepas pula sebanyak tiga guru besar pensiun.
Kedelapan guru besar baru tersebut, Prof. dr. Suparjati Sunarto, Sp.A(K)., Ph.D (Fakultas Kedokteran), Prof. Dr. drg. Haryo Mustiko Dipoyono, MS.,Sp.Pros (Fakultas Kedokteran Gigi), Prof. Dr. drh. Wayan Tunas Artama (Fakultas Kedokteran Hewan), Prof. Dr. Susetiawan, S.U, Prof. Dr. Heru Nugroho, S.U (Fakultas Isipol), Prof. Ir. Sigit Priyanto, M.Sc., Ph.D (Fakultas Teknik), Prof. Ir. Ismaya, M.Sc., Ph.D (Fakultas Peternakan) dan Prof. Dr. Ir. San Afri Awang, M.Sc (Fakultas Kehutanan). Sementara itu, ketiga guru besar pensiun Prof. Dr. Budiono, M.Ec (Fakultas Ekonomi), Prof. Dr. dr. Soewadi, MPH., Sp.J (Fakultas Kedokteran) dan Prof. Dr. Soeparna Darmawidjaya (Fakultas MIPA).
Dalam kesempatan itu, sambutan guru besar baru disampaikan Prof. dr. Suparjati Sunarto, Sp.A(K). Selain ungkapan terima kasih, Prof. Suparjati berharap panutan dari para guru besar UGM.
“Dengan segala kerendahan hati kami mohon kesediaan bapak ibu para guru besar menjadi panutan kami dalam melangkah dan menjalankan tugas dalam rangka mengemban visi dan misi UGM. Dan kami yakin hanya dengan ridho Alloh dan dukungan para guru besar, kami dapat menjalankan kewajiban dan tugas berbasis kebijaksanaan lokal atau nasional, untuk berkiprah di tingkat global,†ucap Prof. Suparjati Sunarto.
Dirinya berharap, mudah-mudahan apa yang disampaikannya bukanlah retorika belaka. “Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati perkenankan kami mengikuti para guru besar sekalian,†ulangnya menutup sambutan, saat mewakili delapan guru besar baru lainnya.
Sementara itu Prof. Soeparna Darmawidjaya dalam sambutannya menilai UGM tidak hanya sebagai tempat pengabdian, namun juga sebagai arena berkreasi untuk mengembangkan diri dalam meniti karier dan kepuasan bathin.
“Disini adalah tempat berpijak, berkiprah, bergaul dengan ilmu pengetahuan dan rekan-rekan seprofesi baik dari dalam dan luar negeri,†ujarnya.
Dirinyapun berharap, semoga apa yang telah dikerjakan selama ini mendukung cita-cita Universitas Gadjah Mada. Yaitu, mampu memperkuat jati diri bangsa.
Pensiun, kata Prof Soeparna, merupakan proses alami. Itu patut disyukuri, namun tidak perlu untuk dikasihani.
“Yang perlu diperhatikan adalah posisi guru besar pensiun yang sehat wal afiat, dan masih merasakan tugas Tri Dharma Perguruan Tinggi, terutama dalam rangka melaksanakan penelitian bagi mahasiswa S2 dan S3, dan kami perlu payung legalitas untuk itu, sehingga mampu melaksanakan tugas tersebut dengan sebaik-baiknya,†tandas Prof Soeparna berharap. (Humas UGM)