Saat ini, Indonesia tengah memasuki periode musim hujan. Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi puncak musim hujan tahun 2022 ini akan terjadi di bulan Februari dan berakhir di bulan April-Mei mendatang.
Berbicara terkait musim hujan, maka kewaspadaan kepada penyakit demam berdarah dengue (DBD) sebaiknya perlu ditingkatkan, terutama kepada anak-anak sebagai kelompok rentan. DBD adalah penyakit yang cenderung meningkat selama musim hujan. Sebab, pada musim hujan ada banyak bermunculan genangan air tempat berkembangbiaknya nyamuk Aedes aegypti pembawa virus dengue.
Dokter spesialis anak sekaligus dosen di Departemen Ilmu Kesehatan Anak, FK-KMK UGM, dr. Eggi Arguni, M.Sc., Ph.D., Sp.A(K)., mengatakan DBD merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue. Virus ini dibawa atau ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang suka hidup ditempat-tempat gelap, di tempat banyak baju kotor (sehabis pakai) digantung, serta di genangan-genangan air bersih.
Dokter Eggi mengatakan tanda-tanda DBD dapat berupa demam tinggi mendadak berketerusan, nyeri atau pegal-pegal pada otot dan sendi, nyeri di belakang mata, serta wajah memerah dan muncul bintik-bintik di kulit. Lebih lanjut, pada anak, tanda-tanda DBD juga dapat berupa kondisi lemah, mual-mual dan muntah, serta pegal-pegal.
Spektrum DBD dimulai dari yang ringan tanpa gelaja, kemudian DBD dengan gejala demam, sampai dengan yang dinamakan dengue shock syndrome (DSS) dan dapat menyebabkan kematian.
“(Terkait membedakan demam DBD atau bukan), memang ada banyak sekali penyakit yang disertai dengan demam, mungkin saja hanya batuk pilek biasa, atau hanya influenza, dan lain sebagainya. Memang sulit sekali membedakan apakah demam tersebut merupakan gejala DBD pada tiga hari pertama, dimana diketahui sebagai fase demam (permulaan). (Kemudian) kalau memang bapak-ibuk masih akan merawat anak di rumah dengan keluhannya hanya demam saja itu tidak apa-apa. Tetapi kalau demam-nya sudah mulai turun di hari keempat (dimana hari keempat diketahui masuk dalam fase kritis) tapi kondisi anak belum kembali normal: anaknya masih lemas atau tiduran aja, kemudian juga makan minum tidak mau, dan lain-maka, (maka) kita harus hati-hati dan mulai mewaspadai bahwa itu adalah DBD dan sebaiknya dibawa ke rumah sakit,” tutur dr. Eggi ketika dalam talkshow ‘KAGAMA Healt Talks #4: Penyakit Anak dan Musim Hujan’ pada kanal Youtube KAGAMA Channel Minggu, (30/1).
Tindakan Setelah Pulang dari Rumah Sakit
Setelah pasien DBD dibawa ke dokter atau rumah sakit dan diperbolehkan pulang oleh dokter, dr. Eggi mengatakan masih ada beberapa hal lagi yang masih perlu dilakukan di rumah. Pertama, anak-anak harus beristirahat dengan cukup. Jika masih demam, anak bisa dikompres menggunakan air hangat.
Kedua, asupan cairan anak juga harus dijaga. Silakan berikan susu dan jus buah, tapi dengan syarat tidak kemanisan. Oleh karena itu, susu dan jus buah produk kemasan tidak dianjurkan karena biasanya mengandung kadar gula yang sangat tinggi. Lalu, air putih tawar juga jangan diberikan terlalu banyak kepada anak karena akan menyebabkan gangguan elektrolit.
“Jadi, lebih baik berikan minuman yang berasa (manis boleh asal tidak kemanisan). Jus diberi gula sedikit boleh, teh diberi gula sedikit boleh, atau rasa yang dapat membuat anak mau mengonsumsi,” pungkas dr. Eggi.
Kemudian yang ketiga adalah mewaspadai sumber DBD. Jika anak terkena DBD, maka di dalam rumah dan sekitar rumah pasti ada tempat tumbuh hidupnya nyamuk. Lakukan 3M Plus: Menguras tempat penampungan air, Menutup tempat penampungan air, Mendaur ulang barang-barang bekas, plus menghindari gigitan nyamuk dengan memakai kelambu, obat nyamuk, dan lain sebagainya.
Penulis: Aji