dr. M. Rosadi Seswandhana, Sp.B., Sp.BP-RE(K), Kepala Departemen Bedah FK-KMK/RSUP Dr.Sardjito, dinyatakan lulus dan berhak menyandang gelar doktor dari Program S3 FKKMK UGM. Gelar doktor diperoleh setelah dirinya menjalani ujian terbuka secara daring dengan mempertahankan disertasi berjudul “Peran Terapi Luka Tekanan Negatif pada Penyembuhan Luka Bakar Thermal Dermal Dalam pada Babi: Kajian pada Observasi Laju Epitelisasi, Kontraksi Luka, Migrasi Sel Punca Epidermal, Interleukin-33, Matrix Metalloproteinase-9, Transforming Growth Factor-β1, dan Keratinocyte Growth Factor”.
Ia menjelaskan luka bakar merupakan salah satu penyebab utama kecacatan dan kematian yang memerlukan biaya besar karena durasi rawat inap yang relatif lama. Proses penyembuhan luka pada trauma luka bakar ini dipengaruhi oleh derajat dan luas luka bakar.
“Sampai dengan saat ini belum terindentifikasi satu jenis balutan yang dapat beradaptasi dengan semua jenis luka bakar di setiap saat. Terapi Luka Tekanan Negatif (TLTN) telah digunakan sebagai pengobatan luka akut maupun kronis selama ini, dan telah digunakan secara luas di seluruh dunia. Terapi ini dianggap menyediakan lingkungan penyembuhan luka yang steril dan tertutup sehingga dapat memicu re-epitelisasi, peningkatan aliran darah, dan nutrisi ke area luka bakar,” ujarnya, Rabu (16/2).
Rosadi menyatakan penelitian yang ia lakukan bertujuan untuk membandingkan penyembuhan luka bakar thermal dermal dalam yang terjadi setelah perlakuan perawatan luka dengan terapi standar lain dalam hal laju epitelisasi, kontraksi luka, aktivasi sel punca epidermal, kadar IL-33, kadar MMP-9, kadar TGF-β1, dan kadar KGF/FGF-7. Sementara metode yang dipergunakan adalah penelitian eksperimental murni dengan rancangan repeated measurement posttest only control group design.
“Subjek penelitian adalah babi, yorkshire jantan dengan jumlah 6 sampel. Luka bakar dermal terbagi dalam kelompok balutan tertutup normal salin (BTNaCl), balutan tertutup aplikasi silver sulfadiazine (BTSS), TLTN intermiten, dan TLTN persisten yang dievaluasi proses penyembuhan luka pada hari ke 1, 3, 7, 14, dan 21 sesuai dengan variabel tergantung yang telah ditentukan,” terangnya.
Hasil penelitian memperlihatkan penutupan luka pada semua kelompok perlakuan tidak bermakna. Pada kelompok TLTN didapatkan kontraksi luka yang lebih kecil disertai dengan area epitelisasi yang lebih besar dibandingkan kelompok terapi standar lainnya (p<0,05) Kadar IL-33, MMP9, dan KGF ditemukan lebih tinggi pada kelompok perlakuan TLTN dibandingkan kelompok lainnya pada seluruh hari pengamatan (p,0,05). Sedangkan kadar TGF-b1 ditemukan lebih tinggi pada kelompok perlakuan TLTN pada awal hari pengamatan namun pada akhir pengamatan TGF- b1 lebih tinggi pada kelompok BTNaCl (p<0,05). TGF-b1 memengaruhi laju penutupan luka, namun tidak memengaruhi kontraksi luka.
“Dapat disimpulkan TLTN dapat menghambat kontraksi luka dan mempercepat proses reepitelisasi tanpa mengurangi kecepatan penyembuhan luka sehinga berpotensi untuk menghambat pembentukan parut kontraktur,”katanya.
Penulis : Agung Nugroho
Foto : HDI