Kecelakaan bus wisata di Bukit Bego, Kabupaten Bantul yang menewaskan 13 orang belum lama ini merupakan salah satu contoh kejadian yang menjadi keprihatinan berbagai pihak. Insiden tersebut memicu Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) UGM menginisiasi adanya webinar dengan topik “Permasalahan Keselamatan Lalu lintas di Daerah Tujuan Wisata”.
Topik ini perlu diangkat mengingat Provinsi DI Yogyakarta merupakan salah satu destinasi wisata unggulan di Indonesia disamping Bali. Banyak wisatawan dari berbagai daerah berkunjung secara berombongan maupun keluarga baik menggunakan kendaraan pribadi, umum maupun sewa/bus.
Menurut Prof. Bambang Agus Kironoto selaku Caretaker Pusat Studi Transportasi dan Logistik UGM tingginya minat wisatawan berkunjung ke Yogyakarta tentu membutuhkan penanganan yang memadai agar tercapai layanan yang memuaskan sehingga tercipta rasa aman, nyaman dan selamat baik di lokasi wisata maupun sepanjang perjalanan. Meski begitu hingga kini belum seluruh aspek dapat tercapai, salah satunya dalam hal keselamatan di perjalanan.
“Karenanya webinar ini diharapkan dapat menjadi media diskusi berbagai stakeholder sebagai masukan untuk mendorong keselamatan di daerah tujuan wisata,”ujarnya, di Pustral UGM, Kamis (24/2) saat membuka webinar.
Ia menyampaikan terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab kecelakaan diantaranya aspek manusia seperti kelalaian, keterampilan pengemudi, kemudian faktor cuaca yang berdampak pada kondisi jalan. Faktor lainnya adalah kondisi infrastruktur dan kendaraan.
“Kecelakaan yang belum lama terjadi di Bantul pada akses menuju lokasi pariwisata menunjukkan bahwa upaya Pemerintah Daerah untuk meningkatkan okupansi tingkat kunjungan pariwisata perlu didukung dengan infrastruktur yang memadai pada akses menuju lokasi pariwisata”, katanya.
Dr. Ir. Dewanti, M.S selaku narasumber menuturkan pariwisata merupakan penyumbang PDB, devisa, dan lapangan kerja yang paling mudah dan murah. Sesuai dengan data World Travel & Tourism Council (WTTC), pendapatan sektor pariwisata di Indonesia berada pada ranking 9 dunia, peringkat 3 di Asia dan peringkat 1 di Asia Tenggara.
“Oleh karena itu, cukup wajar jika Presiden Jokowi menetapkan pariwisata sebagai leading sector sehingga harus mendapat dukungan dari kementerian lainnya,” tuturnya.
Dewanti menyebutkan ada 7 destinasi wisata di DIY yang menjadi prioritas unggulan, dan 5 diantaranya memiliki topografi yang berbukit. Hal ini tentu berimplikasi pada permasalahan keselamatan lalu lintas untuk menuju destinasi wisata.
Permasalahan tersebut diantaranya terkait kondisi jalan dan lingkungan seperti geometri jalan yang sub standar, keberadaan selokan maupun jurang yang berbahaya, serta terdapat alat pengatur lalu lintas yang belum berfungsi maksimal. Beberapa hal tersebut perlu didukung dengan upaya pemenuhan kriteria jalan berkeselamatan seperti forgiving road, self explaining road, self regulating road, dan self enforcing road.
Permasalahan lainnya banyak dijumpai terkait kondisi kendaraan tidak laik jalan, seperti kendaraan tidak sesuai spesifikasi, perlengkapan kendaraan, dan desain kendaraan. Belum lagi permasalahan kondisi pengemudi seperti kesehatan, kecakapan, perilaku, dan sebagainya.
“Beberapa hal tersebut tentu berpotensi menjadi penyebab terjadinya kecelakaan di lokasi pariwisata,” ucapnya.
Oleh karena itu, menurut Dewanti, perlu konsep penanganan yang baik. Konsep tersebut meliputi 5 E’s, yaitu Education, Encouragement, Engineering, Enforcement, and Evaluation dan Ethic.
Sementara pendekatan yang perlu dilakukan adalah melalui pendekatan pre-emtif, preventif, dan represif yang meliputi pencegahan hingga penerapan hukuman.
“Beberapa pendekatan di atas dilakukan oleh seluruh stakeholders sesuai perannya yaitu pemerintah, kepolisian, serta dukungan masyarakat dan komunitas,”ujarnya.
Di sisi lain, katanya, kearifan lokal masyarakat sekitar lokasi wisata sangat diperlukan untuk mendukung kelancaran akses menuju kawasan wisata seperti pengaturan lalu lintas agar tetap lancar. Ada baiknya pula perlu dilakukan audit keselamatan lalulintas kawasan wisata secara berkala.
“Saya kira masyarakat sangat memerlukan informasi mengenai peta jalur wisata dengan indikasi kondisi jalan dan lalu lintas serta keselamatan lalulintas,” paparnya.
Penulis : Agung Nugroho
Foto : Genjosholiday.com