Penyakit lumpy skin atau Lumpy Skin Disease (LSD) saat ini tengah mewabah dengan menyerang peternakan sapi di beberapa daerah. Seperti diketahui penyakit akibat virus ini menyebabkan luka pada kulit, demam, kehilangan nafsu makan dan penurunan produksi. Bahkan, dapat menyebabkan kematian pada sapi dan kerbau.
Melansir dari kantor berita ABC Australia, Kepala Dokter Hewan Australia, Mark Schipp, mengaku telah mengamati penyebaran LSD di Asia Tenggara beberapa tahun terakhir. Menurutnya, pemerintah Indonesia harus mewaspadai penyakit ini apalagi memasuki bulan Ramadhan dimana hewan ternak terdistribusi secara luas ke seluruh daerah. Selain itu, Menteri Pertanian Australia, David Littleproud, menegakan siap memberikan dukungan untuk membantu Indonesia menahan penyebaran penyakit tersebut.
Direktur Kesehatan Hewan Kementan RI, Nuryani Zainuddin, seperti diberitakan oleh Detik.Com., pihaknya telah mengeluarkan surat edaran soal kewaspadaan penyakit LSD pada para pemangku kepentingan di daerah. Upaya yang dilakukan dengan program vaksinasi dan didukung deteksi dini, penelusuran kasus, pengendalian lalu lintas serta pengendalian vektor penyakit tersebut.
Menanggapi penyebaran penyakit LSD atau kulit benjol pada sapi dan kerbau ini, Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UGM, Prof. drh. Wasito, Ph.D., mengatakan Lumpy Skin Disease pada sapi tidak menular ke manusia. Sementara penyebabnya berasal dari Capripoxvirus. “Tidak bersifat zoonosis. Penularan terjadi terutama pada sapi lain dan kerbau. Penyebabnya adalah pox virus,” katanya, Rabu (9/3).
Ia menambahkan penyakit ini dapat diamati dari gejala klinisnya. Namun demikian, melonjaknya kasus penyakit ini menurutnya disebabkan lambatnya deteksi dini di lapangan. “Dapat diketahui dari lesi patologis anatomis pada sapi di lapangan. Bisa jadi pada kasus tersebut terlambat diketahui,” ujarnya.
Untuk mengatasi penyebaran penyakit LSD ini, ia menghimbau pada pemilik peternakan sapi dan kerbau apabila mendapatkan ternaknya terinfeksi LSD untuk melakukan desinfektan kandang. “”Cara mengatasinya dengan spray kandang dan lingkungan sekitar kandang dengan desinfektan yang sesuai,” kata Wasito.
Sedangkan pada sapi yang sudah terinfeksi, ia menyarankan untuk diisolasi dari hewan yang belum terkena. Untuk sapi yang sakit untuk dilakukan stamping out atau pemusnahan. Sebab, dagingnya tidak layak dikonsumsi oleh manusia. “Sapi yang sakit segera di-stamping out dan sapi tersebut dagingnya tidak layak untuk konsumsi,” katanya.
Soal tidak layak konsumsi ini menurut Wasito disebabkan daging sapi LSD kekurangan nutrisi protein terutama asam amino yang sebelumnya digunakan untuk replikasi virus. “Daging sapi penderita LSD tidak layak dikonsumsi. Daging tersebut mengalami lack of nutrient protein asam amino terutama dalam daging habis digunakan untuk replikasi virus,” pungkasnya.
Penulis : Gusti Grehenson
Foto : Freepik