Pandemi Covid-19 membawa dampak dan beban yang besar bagi perempuan. Namun, justru di tengah beragam tantangan serta kesulitan ini ketangguhan para perempuan terlihat nyata, baik dalam perannya di tengah keluarga maupun di dunia profesional.
“Semua perempuan tangguh dengan caranya masing-masing, dan di masa pandemi ini kita melihat banyak perempuan bekerja keras dan adaptif dengan situasi yang ada,” ucap Kepala Pusat Studi Wanita, Dr. Widya Nayati, M.A.
Ia menerangkan, pandemi merubah dinamika di dalam keluarga, di mana perempuan memegang peranan yang besar dalam pengelolaannya. Di masa pandemi banyak keluarga, baik yang memiliki penghasilan tetap atau tidak, mengalami persoalan ekonomi.
Ketika suami atau istri yang menghidupi keluarganya harus kehilangan pekerjaan atau pengurangan penghasilan, sang istri harus mengelola keuangan dan pengeluaran rumah tangga sedemikian rupa agar kebutuhan setiap anggota keluarga tetap dapat terpenuhi.
Perempuan di dalam keluarga Indonesia juga lebih banyak menjalankan tugas rumah tangga seperti memasak, membersihkan rumah, hingga mendampingi anak belajar.
“Kalau melihat seperti apa peran perempuan dalam pengelolaan rumah tangga, itu energinya luar biasa. Di Indonesia beban rumah tangga lebih banyak pada perempuan, dan ini belum berubah dengan kondisi pandemi,” terangnya.
Tanggung jawab yang banyak, menurut Widya, memberikan beban mental bagi perempuan. Jika dalam kondisi normal pekerjaan atau aktivitas di luar rumah bisa menjadi saat refreshing dari tugas-tugas rumah tangga, di masa pandemi hal ini menjadi sulit untuk dilakukan.
“Situasi seperti ini bisa menimbulkan kekacauan dalam kehidupan keluarga. Belum lagi kalau suami yang bekerja meninggal karena Covid-19, ini banyak terjadi terutama saat peningkatan kasus gelombang 2 dulu,” ucapnya.
Kondisi-kondisi ini, menurutnya, menunjukkan betapa perempuan bisa bersikap tangguh di tengah berbagai situasi. Dalam peringatan hari perempuan kali ini, ia mengingatkan agar masyarakat menyadari ketangguhan para perempuan yang ditunjukkan dalam cara mereka menghadapi persoalan sehari-hari.
“Dengan pandemi ini kita betul-betul babak belur. Tapi bagi saya masing-masing orang punya ketangguhannya, bahkan orang yang mudah menangis itu juga tangguh, kita tidak tahu beban apa yang dia tahan sampai akhirnya dia menangis,” ucapnya.
Penulis: Gloria