Mahasiswa Program Doktor Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) UGM, Elvioza, melakukan kajian terkait Ablasio Retina.
Dalam Ujian Terbuka Promosi Doktor, Jumat (11/3), ia mempresentasikan disertasinya yang berjudul “Perbandingan Proses Penuaan Cairan Vitreus pada Pasien Ablasio Retina Regmatogen Usia Muda dengan Miopia Aksial dan Pasien Ablasio Retina Usia Lanjut Tanpa Miopia”.
“Ablasio retina adalah keadaan darurat di mata yang sering ditemukan dan berpotensi menyebabkan kebutaan. Hal ini disebabkan pemisahan lapisan neurosensori retina dari lapisan pigmen epitel,” terangnya.
Ablasio retina rhegmatogen (ARR) adalah jenis ablasio retina yang paling umum dengan tingkat kejadian bervariasi di dunia 6,3-17,9 per 100.000. ARR terjadi didahului oleh proses degenerasi vitreous, dalam hal ini ada penurunan konsentrasi gel vitreus yang dikenal sebagai vitreous liquefaction.
Ia menerangkan, pada orang yang berusia 14-18 tahun, hanya 20% dari total volume vitreus yang berupa cairan, namun prevalensi PVD meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini secara tidak langsung membuktikan bahwa penuaan memiliki peran penting dalam kejadian ARR.
“Selain bertambahnya usia, risiko terjadinya ablasio retina regmatogen juga meningkat pada penderita miopia,” imbuhnya.
Berdasarkan sejumlah teori, kemungkinan bahwa penderita miopia usia muda mengalami penuaan dini (premature aging) pada vitreus sangat tinggi. Karena itu dalam penelitian ini Elvioza mencoba menilai komponen molekular dan proses biokimia yang terjadi di dalam vitreus. Hal tersebut diharapkan akan menambah pengetahuan tentang penyebab ablasio retina pada penderita miopia.
Dari penelitian yang dilakukan, ia menyimpulkan bahwa ekspresi Bcl2 dan Caspase-3 sebagai penanda proses apoptosis pada cairan vitreus pasien ablasio retina regmatogen berusia muda dengan miopia aksial tidak berbeda dengan pasien ablasio retina usia lanjut tanpa miopia.
Selain itu, ekspresi MDA, SOD dan GPX sebagai penanda stres oksidatif pada cairan vitreus pasien ablasio retina regmatogen berusia muda dengan miopia aksial tidak berbeda pasien ablasio retina usia lanjut tanpa miopia.
Ia memberikan saran untuk penelitian selanjutnya untuk dapat membandingkan parameter aging yang terjadi pada vitreus dengan kondisi sistemik serta menilai parameter aging pada pasien miopia tanpa ablasio retina.
“Diperlukan penelitian longitudinal pada pasien dengan miopia derajat tinggi yang belum mengalami ablasio retina untuk mempelajari sekuens proses liquefaksi vitreus. Hal ini untuk mengetahui cut off point besar refractive error yang berpotensi menyebabkan perubahan atau degenerasi vitreus dini,” imbuhnya.
Penulis: Gloria