Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., IPU, ASEAN Eng., bersama Dekan Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Tim Periset, Pemda DPPKP Kabupaten Bantul, CV. Java Agro Prima, dan Kelompok Usaha Tani melakukan panen raya kedelai varietas Grobogan di Desa Selopamioro, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Senin (14/3). Panen di bentangan lahan seluas 400 hektare ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan masyakarakat sekitar Kabupaten Bantul.
Rektor berharap pengembangan kedelai lokal dengan Smart Agricultural Enterprise Kedelai (SAE Kedelai) ini mampu menyaingi produk kedelai impor. Melihat hasil panen dan membandingkan dengan kedelai impor, Rektor meyakini bila kedelai lokal mampu bersaing di tingkat pasar.
“Kita sebenarnya memiliki ahli-ahli pangan, ahli-ahli pertanian dan FTP UGM ini salah satunya dengan berbagai kepakaran yang dimiliki diharapkan mampu meningkatkan produktivitas dalam negeri sehingga kita tidak banyak yang diimpor,” ucapnya.
Dengan berbagai upaya penelitian dan pengembangan diharapkan mampu mensubstitusi impor. Bahkan, kedepan bercita-cita untuk tidak impor lagi jika memungkinkan karena Indonesia memiliki lahan yang luas, misal di Merauke dan lain-lain.
Di Bantul saja, katanya, saat ini masih memiliki lahan perawan yang bisa dimanfaatkan dengan teknologi untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas kedelai lokal. Sayangnya dengan produksi per hektarenya yang mencapai 1,6 ton lebih terkadang masih diragukan.
“Padahal dengan teknologi bisa mencapai 2,4 ton per hektare. Ini kan sesuatu yang menjanjikan dan harus terus dikembangkan. Mudah-mudahan dari Bantul bisa menjadi contoh untuk daerah-daerah lain. Hasil ini memperlihatkan bila kedelai lokal jauh lebih baik dari produk kedele impor,” katanya.
Rektor mengungkapkan usaha pemerintah soal food estate sangat serius dan salah satu yang dikembangkan oleh pemerintah adalah kedelai. Jika produktivitas yang dikembangkan hasilnya bisa mendekati produktivitas lahan di Amerika, ia meyakini akan banyak investor masuk untuk menanam kedelai di Indonesia.
“Karenanya harus serius mengembangkan kedelai ini di dalam negeri dan tidak bisa hanya perguruan tinggi sendiri, tetapi kerja sama multiple helix baik pemerintah, perguruan tinggi, masyarakat, industri, investor hingga sampai harus kapan memasarkan, memanfaatkan dari hulu hilir harus dikeroyok bersama-sama dan dikerjakan bersama-sama dari para stakeholders,” imbuhnya.
Terkait panen raya kedelai varietas Grobogan ini, Dekan FTP UGM, Prof. Dr. Ir. Eni Harmayani, M.Sc selaku penanggung jawab kegiatan penelitian, menyatakan tim periset Fakultas Teknologi Pertanian UGM dalam kegiatan ini mengembangkan Platform Monitoring Cuaca dan Iklim pada budi daya Kedelai, intensifikasi regenerative farming untuk peningkatan kualitas mutu benih kedelai, program traceability farming, peningkatan sarana – prasarana pasca panen dan inovasi pengolahan kedelai berupa produksi tempe hemat air.
Ia menyebutkan melalui program SAE Kedelai berhasil memproduksi benih kedelai dengan kualitas yang memenuhi standar pengujian dari Badan Sertifikasi dan Pengawasan Benih (BPSB) Propinsi D.I. Yogyakarta. Peningkatan produktifitas hasil panen kedelai ini cukup tinggi mencapai 2,4 ton / Ha.
“Penerapan hasil penelitian berupa peralatan smart farming kedelai dalam bentuk piranti Field Monitoring System (FMS) di lahan secara realtime, aplikasi traceability farming, metoda intensifikasi Regenerative Farming, dan bantuan peralatan sarana alat ukur N, P, K tanaman di lahan, dan peralatan pasca panen mobile power traser sangat membantu kelompok petani untuk meningkatkan produktifitas dan kualitas hasil panen,” katanya.
Eni Harmayani menambahkan program SAE Kedelai dapat meningkatkan kemitraan usaha tani yang saling menguatkan dari sisi penerapan hasil penelitian Fakultas Teknologi Pertnaian, Universitas Gadjah Mada, mitra Industri, dan Pemerintah sehingga terwujud peningkatan produksi kedelai nasional menuju kemandirian dan kedaulatan pangan melalui komoditas kedelai sesuai dengan harapan dan cita-cita masyarakat.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP), Kabupaten Bantul, Joko Waluyo SPt., MSi., merasa bersyukur atas hasil panen yang didapat. Karena hasil panen ini dilakukan di luar musim dan masyarakat memiliki kebiasaan menanam kedelai dilakukan pada bulan Mei.
“Alhamdullilah tanam pada bulan Nopember-Desember hasilnya cukup menggembirakan bisa mencapai 2,4 ton per hektare yang biasanya hanya 1,4 – 1,6 ton per hektare,” ungkapnya.
Ia menjelaskan bila Kabupaten Bantul masih memiliki ratusan hektare lahan belum digarap, dan sekitar 80 hektare diantaranya diharapkan bisa dibantu UGM untuk ujicoba pengembangan lahan pasir dengan teknologi SAE Kedelai.
“Kita berharap dengan teknologi ini hasilnya bisa meningkat dua kali dari yang sebelum-sebelumnya,” ujarnya.
Penulis : Agung Nugroho
Foto : Firsto