Yogya (KU) – Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) Fakultas Kedokteran (FK) UGM, Kamis (15/4), melantik 23 ners baru, yang terdiri atas 13 pria dan 10 wanita. Sampai saat ini, PSIK FK UGM telah meluluskan 1.022 ners. Untuk predikat lulusan terbaik kali ini diraih oleh Vivi Retno Intening, S.Kep., Ns. dengan nilai 3,94, sedangkan lulusan termuda adalah Sabila, S.Kep., Ns., yang saat dilantik berusia 22 tahun 11 bulan.
Dekan FK UGM, Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D., menyampaikan harapan bahwa lulusan pendidikan ners baru diharapkan memiliki kemampuan akademik profesional untuk mengelola asuhan keperawatan yang berkualitas, baik dalam pelayanan kesehatan rumah sakit, masyarakat, maupun institusi pendidikan, dan kemampuan manajerial di bidang keperawatan. “Ners baru bisa memberikan perbedaan karena dituntut mampu mengatasi tantangan kerja, baik di rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan lainnya,” kata Ghufron usai melantik ners baru di Gedung Ismangoen FK UGM.
Menurut Ghufron, ners merupakan profesi terdepan dalam pelayanan kesehatan di banyak negara. Apalagi jumlah ners di seluruh dunia masih sangat minim. “Jepang saja membutuhkan 1.000 ners dari Indonesia, apalagi negara Australia dan Timur Tengah. Bayangkan, di Filipina banyak dokter yang mengubah profesi dokter jadi ners agar bisa bekerja di Eropa dan Amerika,” ujarnya.
Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) DIY, Drs. Kirnantoro, S.K.M., M.Kes., mengharapkan lulusan ners mampu menjadi model pelayanan kesehatan dan menepis berbagai anggapan negatif yang melekat di tengah masyarakat. “Saya prihatin masih ada yang menganggap perawat saat ini sudah kehilangan empatinya. Bahkan, ada anggapan bahwa di rumah sakit justru tidak ada bedanya perawat yang lulusan D-3 dengan sarjana keperawatan,” imbuhnya.
Bukan hanya itu, tambah Kirnantoro, ada juga anggapan lain yang menyebutkan semakin tinggi pendidikan perawat, akan semakin jauh pelayanannya kepada pasien. “Masalah seperti ini harus diatasi oleh para ners di lapangan,” katanya.
Kepala Dinas Kesehatan DIY, Dr. Bondan Agus Suryanto, S.E., M.A., dalam sambutannya yang dibacakan oleh staf Dinkes DIY menyatakan perkembangan dunia keperawatan saat ini telah diikuti perkembangan iptek dengan peggunaan database. Bahkan, pola pelayanan kesehatan sudah melalui media telekomunikasi yang menuntut kompetensi skill dan attitude. “Ners baru hendaknya mengikuti perkembangan di bidang ilmu keperawatan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik,” pesannya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)