Permasalahan air secara global saat ini telah mendorong diadakannya Peringatan Hari Air Dunia setiap tahun. Hari Air Dunia diperingati setiap tanggal 22 Maret, dan inisiatif peringatan ini pertama kali diumumkan pada Sidang Umum PBB ke-47 tanggal 22 Desember 1992 di Rio de Janiero.
UGM secara rutin berpartisipasi memperingati Hari Air Sedunia karena berbagai isu soal lingkungan terus menjadi perhatian bagi banyak pakar guna dapat meminimalkan berbagai kerusakan lingkungan yang cenderung terus terjadi, termasuk menyangkut persoalan air. Karenanya menjaga kelestarian air perlu dilakukan sedini mungkin agar cadangan air dapat terjaga selamanya.
Meski sempat terhenti di tahun 2020 akibat pandemi Covid-19, di tahun ini UGM kembali memperingati Hari Air Sedunia. Diinisiasi UGM Residence, peringatan Hari Air Sedunia tahun ini mengusung tema UGM Bergerak Bersama Melestarikan Air Tanah. Berpusat di Wisdom Park UGM, peringatan Hari Air Dunia kali ini diisi kegiatan Aksi Sosial Sisir Sungai Kali Belik, Aksi Sosial Penanaman Pohon. Aksi Sosial Pelepasan Ikan di Kali Belik dan Action Plan Pembuatan Sarana Penangkap Air Hujan.
Wakil Rektor Bidang Sumber Daya Manusia dan Aset, Prof. Dr. Ir. Bambang Agus Kironoto, mengapresiasi kegiatan ini. Dengan memperingati Hari Air se-Dunia diharapkan mampu membangkitkan banyak pihak dalam upaya berpartisipasi melestarikan sumber air, terutama kelestarian air tanah.
“Hari Air Sedunia yang ditetapkan pada tanggal 22 Maret, ditetapkan mulai tahun 1992 tapi mulai diperingati sejak tahun 1993. Diperingati oleh dunia, Indonesia, bahkan saat ini UGM juga turut berpartisipasi memperingati,” ujar Bambang Agus Kironoto, di Wisdom Park, Sabtu (26/3) saat membuka kegiatan.
Ia menilai persoalan air tanah pada pada tahun 2022 memang menjadi isu yang banyak dibicarakan pada peringatan Hari Air Sedunia. Pada saat ini boleh dibilang banyak penduduk dunia kekurangan air.
Secara angka sekitar 25 persen dari penduduk dunia atau 750 juta orang kekurangan. Bahkan, di Jogja sendiri di beberapa daerah dalam saat-saat tertentu juga mengalami kekurangan air.
“Ini tentu menjadi tugas kita bersama bagaimana ikut berpartisipasi melestarikan air yang ada di tanah karena bagaimanapun air adalah kebutuhan pokok sehari-hari,” katanya.
Oleh karenanya, ia berharap bagi rumah-rumah atau daerah yang memiliki kelebihan air untuk tidak lupa menutup kran agar air tidak kemana-mana. Karena bagaimanapun ada beberapa saudara yang setiap tahun mengalami kekurangan air, seperti di Gunung Kidul, Afrika dan sejumlah daerah lain.
“Sebagai warga negara sudah saatnya kita ikut bertanggung jawab melestarikan air tanah,” tuturnya.
Ia mengingatkan agar beberapa daerah untuk tidak meniru Jakarta dalam hal pengambilan air tanah yang berlebihan. Karena kebutuhan hotel, industri dan lain-lain, air tanah diambil secara berlebihan dan berakibat muka tanah di Jakarta mengalami penurunan setiap tahun.
Jika hal ini terus berlangsung, tidak mustahil Jakarta akan mengalami kesulitan membuang air keluar. Untuk itu, di Jogja meski tidak sama diharapkan mampu mengantisipasi berbagai kemungkinan yang terjadi.
“Karenanya sudah saatnya bersama pemerintah dan pihak-pihak yang peduli, kita ikut melestarikan air tanah. Meskipun melestarikan air ini juga bukan hal mudah dilakukan karena ini juga terkait bagaimana kita melakukan konservasi, dengan memperbaikk lingkungan, tanam pohon dan lain-lain,” imbuhnya.
Wijayanti, S.IP., M.Si selaku Manajer Utama UGM Residence menambahkan salah satu permasalahan air di Indonesia adalah semakin berkurangnya sarana tampungan air seperti situ, danau, embung, dan waduk. Belum lagi ditambah kurangnya kesadaran masyarakat akan pemanfaatan air yang benar sehingga semakin banyak sungai yang tercemar sebagai tempat pembuangan sampah.
“Kondisi semacam ini tentui menjadikan permasalahan air semakin kompleks. Sebagai upaya untuk menjaga kualitas air dan mengembangkan kelestarian air maka pemerintah dan berbagai stake holder telah melakukan kajian dan upaya melestarikan air khususnya air tanah,” ungkapnya.
Oleh karena itu, katanya, UGM Residence mengembang misi sebagai lokasi konservasi lingkungan dan sumber pembelajaran publik. UGM Residence pun secara rutin setiap tahun menyelenggarakan Peringatan Hari Air Dunia.
“Peringatan ini merupakan bentuk usaha melibatkan masyarakat, komunitas, dan pihak akademisi untuk menjaga dan melestarikan air bersih untuk kehidupan berkelanjutan,” paparnya.
Penulis : Agung Nugroho
Foto : Surya-UGM Residence