Sebanyak 20.000 benih ikan sidat ditebar di Daerah Aliran Sungai Boyong, Kabupaten Sleman, DIY, Senin (28/3). Kegiatan tebar benih ikan sidat ini kerja sama PT Suri Tani Pemuka (STP) yang merupakan anak usaha PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JAPFA) bersama Departemen Perikanan Fakultas Pertanian UGM.
Kegiatan tebar benih ikan sidat dihadiri oleh perwakilan Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman, Dekan Fakultas Pertanian UGM, Kadep dan dosen Departemen Perikanan UGM serta Komunitas Penggiat Lingkungan Sungai (KPLS) Dusun Jaban, Kelurahan Sariharjo, Sleman.
“Upaya restocking ini merupakan salah satu upaya untuk melestarikan lingkungan khususnya kelestarian populasi ikan sidat,” kata Ketua panitia kegiatan, Ir. Sukardi, M.P., sekaligus dosen Departemen Perikanan UGM.
Ia mengatakan UGM menyambut baik inisiatif STP dalam melakukan restocking ikan sidat di DAS sungai Boyong ini. Seperti diketahui, ikan sidat memiliki siklus hidup yang panjang. Karena fase hidupnya tersebut, menjadikan faktor penyebab populasi sidat kian menurun bahkan terancam punah. Dengan adanya kegiatan restocking ini diharapkan dapat menjaga keberlangsungan ikan sidat. Selain itu, penting memberikan edukasi kepada masyarakat agar tidak melakukan eksploitasi secara berlebihan.
Budhi Rahyono, Head of HR & GA STP, mengungkapkan bahwa permintaan ekspor akan ikan sidat terus melonjak setiap tahunnya. Hal ini menjadi momentum bagi Indonesia untuk terus bersaing di pasar internasional. Dengan adanya permintaan pasar yang terus meningkat setiap tahunnya, maka penting bagi STP untuk turut andil dan aktif dalam menjaga populasi sidat.
“Salah satunya dengan melakukan restocking atau pelepasliaran ke alam,” jelasnya.
Lepas liar sidat ini rencananya dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama akan dilepaskan di DAS Boyong dan Kali Kuning. Selanjutnya kegiatan serupa akan dilaksanakan pada bulan Juni mendatang. Hal ini dilakukan demi memastikan pertumbuhan populasi sidat di habitat alaminya. Selain itu, tujuan dari kegiatan ini adalah agar pengelolaan dan pemeliharaan sumber daya perairan dapat berjalan secara berkelanjutan.
Ikan sidat (Anguilla spp.) merupakan salah satu komoditas perikanan yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Selain itu, kandungan gizi pada ikan sidat juga dinilai tidak kalah dari ikan salmon yang sudah lebih dulu dikenal kaya akan zat gizi yang bermanfaat bagi tubuh. Ikan sidat yang sekilas nampak seperti belut ini memiliki kandungan protein, lemak, serta mikronutrien seperti zinc yang baik untuk pertumbuhan sel dan sistem kekebalan tubuh. Bahkan, kandungan DHA dan EPA pada ikan sidat jauh lebih tinggi dibandingkan salmon.
Ikan sidat tergolong kategori ikan katadromus yakni memiliki siklus kehidupan di dua jenis perairan yaitu air tawar dan laut. Sidat dewasa yang berkembang di perairan tawar akan melakukan pemijahan dan bertelur ke laut dengan kedalaman mencapai 6.000 m. Setelah bertelur, ikan sidat akan mati dan telur sidat akan terbawa arus kembali ke sungai hingga menetas menjadi larva dan berkembang menjadi glass eel untuk dibudidayakan
“Kami percaya, dengan adanya kerja sama dari berbagai pemangku kepentingan, jumlah populasi sidat di Indonesia tetap terjaga. Kami juga berharap kegiatan ini dapat membawa manfaat bagi semua pihak,” pungkas Budhi Rahyono.
Pada Kesempatan yang sama Dekan Fakultas Pertanian UGM, Dr. Jaka Widada, dan Ketua Departemen Perikanan UGM, Dr. Alim Isnansetyo, memberikan apresiasi yang tinggi kepada STP atas kerjasamanya dalam ikut melestarikan ikan sidat khususnya di DIY. Kerja sama yang lain perlu ditingkatkan di bidang yang lain untuk memberikan manfaat kedua belah pihak dan masyarakat pada umumnya. STP juga merupakan salah satu mitra kerja Fakultas Pertanian dalam pelaksanaan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
Penulis: Ika